Diam itu adalah emas. Percayakah dengan kata-kata tersebut?
Sumber : www.ngasih.com |
Dulu saya merasa kata-kata tersebut kurang tepat. Mengapa kita yang hanya bersikap diam bisa dikatakan memiliki watak seperti emas. Emas lho ya? Logam yang selalu dipuja para wanita dengan harga stabil setiap waktu. Padahal dalam kehidupan sehari-hari saya melihat bahwa acungan jempol itu biasanya diperlihatkan ketika kita bisa berpendapat. Contoh kecilnya adalah kehidupan dalam suatu kelas pembelajaran. Apakah ungkapan hebat itu dikatakan pada anak yang hanya duduk diam? Tentu tidak. Sorot bahagia guru biasanya diberikan pada anak yang berani bertanya dan berani berpendapat. Lalu, bagian mana yang menyatakan bahwa bersikap diam itu memiliki nilai yang sangat istimewa?
Waktu demi waktu akhirnya usia saya bukan anak-anak lagi. Saya menjadi remaja dan kemudian belajar menjadi dewasa. Namun, ungkapan pencarian bukti bahwa diam itu emas tetap belum berakhir. Saya masih saja beranggapan bahwa diam itu emas adalah ungkapan yang tidak tepat. Bagi saya, emas itu adalah saat kita berani berbicara, berani berpendapat, bahkan berdebat.
Saat ini teknologi adalah bagian dari kebutuhan manusia modern. Hampir tidak ada manusia modern yang bisa lepas dari peran teknologi dalam setiap waktunya. Dan disinilah kemudian saya sadar bahwa diam itu memang emas. Diam itu memiliki nilai yang jauh lebih tinggi dibandingkan ketika kita harus berbicara.
Simpulan bahwa diam itu adalah emas memang suatu kebenaran, saya dapatkan ketika banyak viral menyerbu dunia maya. Viral-viral berita yang entah datang darimana dan kemudian membombardir komunikasi massa. Pemberian judul yang bombastis membuat setiap orang bertanya dan berkomentar sesuai pemikirannya. Padahal terkadang ketika ditelusuri, isi berita bukanlah hal yang istimewa. Bahkan bisa berbeda arah dengan judul yang dicantumkan. Lalu, bagian komentar mana yang dapat dijadikan benang merah dengan isi berita?
Satu-satunya hal yang bisa saya pikirkan adalah pembacaan berita secara menyeluruh. Menyeluruh bukan hanya dilihat dari huruf awal hingga huruf terakhir. Melainkan juga dalam konteks kondisi dan situasi dimana peristiwa itu terjadi. Sebab, lain lubuk akan lain ikannya. Lain pendengar akan lain pula tanggapannya.
Itulah mengapa pada akhirnya saya menyetujui bahwa diam itu adalah emas. Sebab, ketika kita hanya mengetahui sedikit dan membuatnya jadi banyak tanpa peduli dengan sumber dan konteks yang terjadi akan membuat berita semakin merajalela. Jauh dari sumber yang mungkin hendak dituju.
Jadi, sekarang saya menyadari bahwa diam itu adalah emas. Diam itu adalah pilihan. Diam itu adalah jawaban ketika kita belum tahu apa-apa dan tidak tahu apa-apa.
comment 0 komentar
more_vert~~falkhi~~