Datang juga kau akhirnya
Dimana kutunggu dirimu tiba
Menikmati keindahan dunia kata
Seperti biasa
Mengurai makna peristiwa dan menimbunnya
Sesaat teringat akan suatu titik temu
Disaat ketidaksengajaan membuat kita bertemu
Namun kau berkata aku yang mengajakmu kembali
Engkaupun mau saja
Bermain denganku yang tak tersentuh dogma
Bersamaku juga menikmati peran sudut pandang ketiga
Sering kulihat besarnya beda
Jika kulihat rapi langkah kaki yang kau ayunkan
Semua hilang saat ketidakpedulian menyapaku
Menyuruhku berpadu melukis waktu denganmu
Karang Penang, Sampang, 05 Juni 2008, 03:04
Panggil aku I’in
Wanita adalah rahasia
Wanita adalah dogma
Wanita adalah kata
Wanita adalah cara
Wanita adalah jiwa
Wanita adalah tawa bersama luka
Wanita adalah cinta berbalut kecewa
Wanita adalah warna pelangi senja
Wanita adalah aku…hidupNya, cintaNya, takdirNya..dalam waktuku
Karang Penang, 050608 05:53
Falkhi
Wanita memang sebagian dari dogma
Dia tak tergantikan di sisi seorang pria
Kerlingan matanya mampu menghadirkan seribu tafsir berbeda
Gemulai gerakannya menghiasi panggung sandiwara
Bagaimana pula sungging senyumnya?
Seakan raga melepas jiwa jika melihat
Sayang
Hanya sedikit yang menjadi permata terindah dunia
Telah lupa mereka akan kilaunya
Semakin banyak dari mereka membuang mahkota
Terutama kala melihat tetes air mata buaya
Karang Penang, Sampang, 05 Juni 2008, 03:04
Panggil aku I’in
Buaya tak pernah menangis
Dia hanya tak pernah tahu tentang wanita
Bukan cinta wanita
Semua wanita selalu menjunjung kehormatannya
Hanya saja terkadang mereka lupa
Siapakah wanita itu?
Mereka hanya mengingat, wanita adalah raga untuk sang rama
Karang Penang, 050608 07:48
Falkhi
Boleh juga mereka berkata-kata
Tapi jangan ingkari porak poranda dunia akibat lirik bisik godaan yang mereka berikan
Jangan ingkari daya rayuan untaian pesona wanita
Dan jangan pernah ingkari lentik jarinya saat membelai tubuh buaya
Bukan buaya yang sedang menangis
Hanya saja air matanya ditafsirkan tangisan bagi wanita
Belum berujung pada akhiran
Masih ada lagi
Hanya dariku dan bukan dari mereka
Bahwasanya tidak semua melihat sebagai raga berisi jiwa
Masih ada yang menjadikannya sebagai jiwa yang dijaga
Aku salah satunya
Dari yang mampu membunuh godaan sifat jalang
Yang menafikan tubuh telanjang dalam pakaian
Karang Penang, Sampang, 05 Juni 2008, 09:47
Panggil aku I’in
Wanita memang unik
Bagiku, bagimu dan bagi mereka
Dan aku tak punya sayap untuk terbang dan menjadi bidadari
Aku tak punya mahkota tuk duduk bertahta menjadi permaisuri raja
Aku tak punya permata tuk mengisi jiwa pujangga
Aku hanya wanita yang tercipta tuk menjadi hamba
Karang Penang, 050608 11:13
Falkhi
Bukan karena paras mereka disanjung di singgasana
Tapi kehormatannya
Bukan karena sayap dia mampu terbang tinggi
Tapi budi pekerti
Bukan karena lekuk tubuh dia dipuja
Tapi indah tatap matanya
Bukan bujuk rayunya yang membuat kami membuka telinga
Tapi kelembutannya berucap kata
Bagi mereka kami ditetapkan menjadi penjaga
Jangan lagi mereka menjajakan diri
Jangan lagi mereka sembarangan menyerahkan mahkota
Kita dituliskan saling mengaitkan hati
Karang Penang, Sampang, 06 Juni 2008, 22:23
Panggil aku I’in
Ceritakan padaku makna rindu
Diakah yang membuat mereka berwajah biru?
Ceritakan padaku makna cinta
Diakah yang membuat mata mereka buta?
Ceritakan makna yang tak terungkap kata
Aku tak tahu kapan dia datang
Aku hanya tahu dia ada
Aku tak paham yang dia berikan
Aku hanya dapat merasakan
Karang Penang, Sampang, 05 Juni 2008, 19:49
Panggil aku I’in
Rindu adalah kalbu
Cinta adalah mata
Dan yang tak terungkap kata adalah harta paling berharga
Karang Penang, 050608 19:56
Falkhi
Aku pernah melihatnya
Aku pernah menulisnya
Aku pernah mengatakannya
Aku pernah merasakannya
Aku pernah seperti kehilangan mereka
Sekarang aku mencoba mengerti akan hadirnya
Memahami akan perannya
Ternyata tiada guna
Karena ia selalu ada di setiap kehendakNya
Karang Penang, Sampang, 05 Juni 2008, 20:31
Panggil aku I’in
Dimana kutunggu dirimu tiba
Menikmati keindahan dunia kata
Seperti biasa
Mengurai makna peristiwa dan menimbunnya
Sesaat teringat akan suatu titik temu
Disaat ketidaksengajaan membuat kita bertemu
Namun kau berkata aku yang mengajakmu kembali
Engkaupun mau saja
Bermain denganku yang tak tersentuh dogma
Bersamaku juga menikmati peran sudut pandang ketiga
Sering kulihat besarnya beda
Jika kulihat rapi langkah kaki yang kau ayunkan
Semua hilang saat ketidakpedulian menyapaku
Menyuruhku berpadu melukis waktu denganmu
Karang Penang, Sampang, 05 Juni 2008, 03:04
Panggil aku I’in
Wanita adalah rahasia
Wanita adalah dogma
Wanita adalah kata
Wanita adalah cara
Wanita adalah jiwa
Wanita adalah tawa bersama luka
Wanita adalah cinta berbalut kecewa
Wanita adalah warna pelangi senja
Wanita adalah aku…hidupNya, cintaNya, takdirNya..dalam waktuku
Karang Penang, 050608 05:53
Falkhi
Wanita memang sebagian dari dogma
Dia tak tergantikan di sisi seorang pria
Kerlingan matanya mampu menghadirkan seribu tafsir berbeda
Gemulai gerakannya menghiasi panggung sandiwara
Bagaimana pula sungging senyumnya?
Seakan raga melepas jiwa jika melihat
Sayang
Hanya sedikit yang menjadi permata terindah dunia
Telah lupa mereka akan kilaunya
Semakin banyak dari mereka membuang mahkota
Terutama kala melihat tetes air mata buaya
Karang Penang, Sampang, 05 Juni 2008, 03:04
Panggil aku I’in
Buaya tak pernah menangis
Dia hanya tak pernah tahu tentang wanita
Bukan cinta wanita
Semua wanita selalu menjunjung kehormatannya
Hanya saja terkadang mereka lupa
Siapakah wanita itu?
Mereka hanya mengingat, wanita adalah raga untuk sang rama
Karang Penang, 050608 07:48
Falkhi
Boleh juga mereka berkata-kata
Tapi jangan ingkari porak poranda dunia akibat lirik bisik godaan yang mereka berikan
Jangan ingkari daya rayuan untaian pesona wanita
Dan jangan pernah ingkari lentik jarinya saat membelai tubuh buaya
Bukan buaya yang sedang menangis
Hanya saja air matanya ditafsirkan tangisan bagi wanita
Belum berujung pada akhiran
Masih ada lagi
Hanya dariku dan bukan dari mereka
Bahwasanya tidak semua melihat sebagai raga berisi jiwa
Masih ada yang menjadikannya sebagai jiwa yang dijaga
Aku salah satunya
Dari yang mampu membunuh godaan sifat jalang
Yang menafikan tubuh telanjang dalam pakaian
Karang Penang, Sampang, 05 Juni 2008, 09:47
Panggil aku I’in
Wanita memang unik
Bagiku, bagimu dan bagi mereka
Dan aku tak punya sayap untuk terbang dan menjadi bidadari
Aku tak punya mahkota tuk duduk bertahta menjadi permaisuri raja
Aku tak punya permata tuk mengisi jiwa pujangga
Aku hanya wanita yang tercipta tuk menjadi hamba
Karang Penang, 050608 11:13
Falkhi
Bukan karena paras mereka disanjung di singgasana
Tapi kehormatannya
Bukan karena sayap dia mampu terbang tinggi
Tapi budi pekerti
Bukan karena lekuk tubuh dia dipuja
Tapi indah tatap matanya
Bukan bujuk rayunya yang membuat kami membuka telinga
Tapi kelembutannya berucap kata
Bagi mereka kami ditetapkan menjadi penjaga
Jangan lagi mereka menjajakan diri
Jangan lagi mereka sembarangan menyerahkan mahkota
Kita dituliskan saling mengaitkan hati
Karang Penang, Sampang, 06 Juni 2008, 22:23
Panggil aku I’in
Ceritakan padaku makna rindu
Diakah yang membuat mereka berwajah biru?
Ceritakan padaku makna cinta
Diakah yang membuat mata mereka buta?
Ceritakan makna yang tak terungkap kata
Aku tak tahu kapan dia datang
Aku hanya tahu dia ada
Aku tak paham yang dia berikan
Aku hanya dapat merasakan
Karang Penang, Sampang, 05 Juni 2008, 19:49
Panggil aku I’in
Rindu adalah kalbu
Cinta adalah mata
Dan yang tak terungkap kata adalah harta paling berharga
Karang Penang, 050608 19:56
Falkhi
Aku pernah melihatnya
Aku pernah menulisnya
Aku pernah mengatakannya
Aku pernah merasakannya
Aku pernah seperti kehilangan mereka
Sekarang aku mencoba mengerti akan hadirnya
Memahami akan perannya
Ternyata tiada guna
Karena ia selalu ada di setiap kehendakNya
Karang Penang, Sampang, 05 Juni 2008, 20:31
Panggil aku I’in
comment 0 komentar
more_vert~~falkhi~~