“Lelaki Terindah”,
tulisan dengan menggunakan stabilo warna warni ini menghiasi lembaran halaman
akhir buku catatan Bahasa Indonesia Della yang sedang ku pinjam. Siapa lelaki
terindah Della? Setahuku setalah putus dari Raga sebulan lalu, Della belum
punya pacar lagi. Atau selama ini Della punya gebetan baru tapi nggak pernah
cerita.
“Hei, nona manis kok
melamun?” tepukan Della di pundak, mengembalikan kesadaranku.
“Eh…” aku
gelagapan dengan sapaan Della.
“Lihat apa sih?”
Della menyorongkan kepala pada buku yang sedang ku pegang.
“Oooh…ini. Pasti
penasaran dengan lelaki terindah” tebak Della cengar cengir di depanku.
“Emang siapa
lelaki terindah itu? Sepertinya kamu nggak pernah cerita punya gebetan baru
setelah Raga?” tanyaku heran.
“Hahaha…aku emang nggak
punya gebetan baru, Mel. Ini judul novel yang ku baca waktu ke tempat om Nando
minggu lalu. Kemarin waktu bu Sinta menjelaskan, aku suntuk jadi iseng-iseng
tulis judul novel itu di buku ini” tunjuk Della pada buku yang sedang ku pegang.
“Novelnya bagus lho, tentang percintaan dengan campuran puisi dan cerita. Menurutku,
kamu perlu baca novel ini agar merasakan bagaimana indahnya orang jatuh cinta” lanjut
Della sambil tertawa.
Sampai sekarang
aku memang belum punya pacar tapi bukan berarti tak pernah jatuh cinta. Waktu
SMP aku pernah suka sama kakak kelas. Dia jago matematika namanya Rio. Tapi aku
malu mengatakannya hingga akhirnya dia lulus dan melanjutkan sekolah di kota
lain.
Aku melempar Della
yang duduk di bangku depanku dengan remasan kertas, tepat sasaran. Della nggak
mau kalah, di ambilnya remasan kertas yang jatuh ke lantai. Aku pun mencari
robekan kertas lain di laci. Sepertinya perang lemparan kertas akan dimulai.
Namun belum sempat adu lempar, terdengar bunyi bel masuk berbunyi. Della
membatalkan niat untuk melempar remasan kertas dan segera berlari menuju
kelasnya sambil melambaikan tangan. Tak ingin terlambat pada jam pelajaran pak
Gimbi yang terkenal disiplin dan keras.
Sejak naik kelas
XII, aku dan Della bertetangga kelas. Aku berada pada urutan absen lima, kelas
XII IPA 2 dengan nama Artya Melan Catilia sedangkan Della alias Della Allistya
Ragina tertulis pada absensi kelas XII IPA 1. Walaupun kami tak sekelas lagi
seperti waktu kelas X dan XI, kami tetap bersahabat dan meluangkan waktu pada
jam-jam istirahat untuk bercerita tentang peristiwa yang kami alami, baik di
kelas, di rumah, atau di sepanjang perjalanan menuju sekolah. Tak jarang juga
kami saling bertukar catatan pelajaran untuk saling melengkapi. Seperti yang
terjadi hari ini. Aku meminjam catatan bahasa Indonesia Della untuk melengkapi
catatanku, yang kemudian membuat penasaran dengan kata-kata lelaki terindah di
buku catatan Della.
Sepulang sekolah
aku segera merebahkan diri di kasur, capek. Sejak pagi otakku terus-terusan
berpikir mulai dari otak atik persilangan hukum Mendel hingga kasus-kasus
relativitasnya Einstein. Sekarang waktunya otakku beristirahat apalagi besok
hari minggu. Cihuyyy… Aku memeluk guling dan bersiap memejamkan mata. Berangkat
menuju alam mimpi. Belum sempat bermain di alam mimpi, tiba-tiba ingatanku
teringat pada tulisan lelaki terindah pada buku catatan Della. Seperti apa ya lelaki terindah? Bisikku
dalam hati. Apa seperti Leonardo Dicaprio, Bradd Pitt, David Beckam, Valentinno
Rossi, Dude Herlino, Fedi Nuril, atau jangan-jangan seperti Olga Syahputra atau
Ruben Onsu. Hmm..aku jadi penasaran dengan lelaki terindah. Apa aku minta Della
untuk bercerita? Atau aku pinjam saja novelnya. Ahh…tapi aku nggak suka baca.
Apalagi novel kesukaan Della biasanya selalu pas dibuat bantal untuk tidur.
Bingung. Membuat kantuk dan capekku mengungsi sementara di bawah kolong kasur.
Akhirnya aku putuskan menghubungi Della. Beberapa detik berlalu hanya suara ring backtone yang menemani. Aku hubungi
sekali lagi.
“Selamat siang, Melaaaan?”
suara cempreng milik Della mengganggu suara merdu Widi Vierra yang sedang
melantunkan lagu aku takut.
“Kira-kira
dong kalau menjawab telpon” sungutku kesal yang disambut tawa keras dari Della.
“Maaf deh, Melan
sayang. Tumben siang bolong dan panas-panasan begini kamu menghubungi?”
“Mmm..” aku
ragu-ragu mengatakan rasa penasaranku tentang lelaki terindah. “Boleh nggak aku
pinjam novel lelaki terindahnya?” tanyaku pelan.
“Novel lelaki
terindah?” bukan menjawab, Della malah tertawa terbahak-bahak. Maklum saja aku
tidak seperti Della yang tergila-gila pada benda yang bernama buku. Membaca
buku selalu membuat mataku pelan-pelan menutup dan terbang ke alam mimpi.
“Mimpi apa aku
semalam? Melan yang selalu mengatakan novel itu membosankan, tiba-tiba…” belum
sempat Della meneruskan kalimatnya, aku segera memotong. “Sudah dong, jangan
menertawakan. Kamu sendiri tadi yang minta aku buat baca. Mau kasih pinjaman
nggak?” protesku pada Della.
“Yah, maaf. Novel
itu milik teman mbak Fia, anaknya om Nando. Kata mbak Fia kemarin mau
dikembalikan karena teman mbak Fia mau pulang kampung ke Makassar” jalas Della
mempupuskan keinginanku untuk baca novel. “Kamu benar-benar ingin baca novel
itu?” lanjut Della memastikan.
“Aku penasaran dengan
yang namanya lelaki terindah” jawabku sungguh-sungguh. Siapa tahu dengan membaca novel itu aku bisa menemukan lelaki
terindahku, bisikku dalam hati seraya tersenyum.
“Bagaimana kalau
kita cari bersama-sama?” usul Della.
“Hmm…iya deh, demi lelaki terindah” sahutku
yang disambut suara tawa Della. Della tahu selain buku, hal lain yang membuatku
bosan adalah mengunjungi toko buku. Apalagi bersama Della yang biasanya betah
berdiri berjam-jam untuk membaca gratis..
“Besok pagi aku
jemput ya, awas jangan ada acara lain” ancam Della di seberang.
“Oke, aku tunggu jangan
sampai telat” aku memencet tombol end pada layar handphone, menandakan
pembicaraan dengan Della terhenti. Sekarang
aku pasti bisa tidur pulas, ujarku sambil mengambil posisi tidur nyenyak.
Tepat pukul sembilan, Della sudah menunggu di depan rumah dengan sepeda matic kesayangannya. Aku segera berpamitan pada mama untuk menemani Della ke toko buku. Kami pun tak membuang waktu, segera melajukan sepeda menuju salah satu toko buku terbesar di kota apel ini.
Lima belas menit kemudian aku dan Della sudah berada di deretan rak novel-novel Indonesia. Aku perhatikan satu persatu novel yang berada di rak. Dari atas samping kanan hingga deretan terakhir, novel di sebelah kiri rak paling bawah. Tapi novel dengan judul lelaki terindah, yang menurut Della di tulis oleh Andrei Aksana, tidak kelihatan menyembulkan sampulnya.
Aku menghampiri Della yang sedang menyisir di rak buku-buku best seller. Muka Della manyun, menandakan pencariannya juga tak membuahkan hasil. Sambil berdiri di samping Della, mataku berkeliling ke seluruh ruangan dan tertumbuk pada seperangkat komputer yang terpanjang manis di pojok, sebelah kanan deretan buku-buku impor. Della mendengus kesal, aku hanya tertawa kecil dan menarik tangan Della menjauhi rak. Mendekati layar komputer yang sedang menampilkan buku-buku baru.
Di depan komputer, aku mengetikkan kata lelaki terindah pada pencarian buku berdasarkan judul. Lima detik kemudian, terpampang informasi tentang lelaki terindah. Karangan Andrei Aksana diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama pada tahun 2004. Buku tersebut berada pada rak N.05 yakni rak untuk novel-novel Indonesia. Akhirnya ketemu juga. Aku menjerit senang, begitu pun Della. Tapi tunggu dulu, ada kata-kata pada kolom keterangan yang membuatku harus kembali menelan kecewa. Stok kosong, begitulah tulisan yang tertera pada kolom keterangan. Aku menoleh pada Della. Della hanya mengangkat bahunya, tanpa komentar.
Della mengajakku
mendekati salah satu penjaga toko dan menanyakan ketersediaan novel lelaki
terindah. Mbak yang memiliki rambut sebahu menyambut dengan senyum ramah dan
segera mencari di katalog toko pada komputer yang terletak dekat kasir.
Hasilnya tetap sama, stok kosong. Mbak yang ku ketahui bernama Kiran pada id card di saku kanan bajunya, meminta
maaf atas kekosongan novel yang kami cari. Aku dan Della mengucapkan terima
kasih dan keluar toko menuju tempat parkir, tempat sepeda motor Della
dititipkan.
Aku mengusulkan
untuk datang ke toko buku yang lain. Di kota yang juga memperkenalkan diri
dengan slogan kota bunga ini, terdapat tiga toko buku. Salah satunya adalah
toko buku yang baru saja kami kunjungi dan merupakan yang terbesar. Della hanya
mengangguk dan melajukan motornya ke toko buku kedua, yang berjarak perjalanan
sepuluh menit dari toko pertama. Toko kedua tidak berbeda jauh dengan toko
pertama, stok sedang kosong. Sedangkan di toko ketiga kami disambut dengan kata
“Maaf, buku yang anda cari tidak tersedia” pada layar saat mencari melalui
katalog komputer. Kami tak putus asa. Segera melanjutkan pencarian pada pusat
penjualan buku bekas. Menurut Della buku-buku lama banyak dijual di sini. Aku
dan Della bergegas menyisir satu persatu stand
penjualan buku, menanyakan novel lelaki terindah. Namun juga tak membuahkan
hasil. Tidak ada satu stand pun yang
menjual. Mungkin juga memang tidak ada orang yang berkeinginan untuk
menjualnya.
Aku dan Della
kecewa karena buku yang kami cari tidak ada. Melampiaskan kekecewaan, Della
mengajakku ke tempat makan favorit kami yakni depot bakso Cak Man. Sambil
menyantap semangkok bakso, kami mencari cara untuk mendapatkan novel tersebut.
“Bagaimana kalau
kita pesan buku secara online?” usul
Della antusias.
“Oh, iya. Aku tak
berfikir ke arah sana” jawabku senang serasa menemukan ide brilian untuk suatu proyek penelitian. “Kalau begitu langsung saja
setelah ini kita cari lewat internet di rumahku.” Della hanya mengangguk
setuju, sebab mulutnya sedang penuh dengan pentol bakso. Ah, susahnya
mendapatkan novel lelaki terindah membuat keinginanku untuk membaca semakin
kuat, apalagi tadi penjaga toko kedua mengatakan beberapa orang juga menanyakan
novel lelaki terindah. Pasti novel ini benar-benar bagus.
Setelah membayar
dua mangkok bakso dan dua botol minuman, aku dan Della kembali melajukan sepeda
untuk pulang. Sesampai di rumah, kami tak sabar segera menghidupkan komputer
dan menghubungkan dengan internet. Melalui pencarian mesin goggle, kami kunjungi situs-situs toko buku online. Mengetikkan kata lelaki terindah pada kolom pencarian buku,
dan menemukan beberapa situs menjawab seperti pada layar komputer katalog toko
buku yang baru kami kunjungi. Stok sedang kosong. Hingga kami menemukan satu
situs toko online yang memberikan
kata stok terbatas, pada kolom keterangan. Tanpa membuang waktu, aku segera
meng-klik tulisan beli, dan mengisi form pembelian dan cara pembayaran. Akhirnya
aku dan Della bisa bernafas lega karena berhasil mendapatkan toko yang menjual
novel lelaki terindah. Setelah beristirahat sebentar, Della segera berpamitan
untuk pulang.
***
Aku merapikan
buku-buku untuk pelajaran hari senin. Lima soal PR matematika tentang deret arimatika
sudah ku kerjakan tadi sore. Kimia dan bahasa inggris, tidak ada PR. Jadi aku
hanya membuka-buka catatan untuk mengingat materi terakhir. Beres, siap untuk belajar besok. Sorakku
dalam hati. Aku menoleh pada jam dinding yang tergantung di atas pintu kamar.
Jarum jam menunjuk pada angka sepuluh. Masih belum terlalu malam dan mataku juga
belum ingin menutup. Aku hampiri komputer dan mulai memencet tombol power. Menghubungkan dengan internet,
dan mulai asyik dengan facebook. Iseng-iseng
aku mengecek e-mail. Pasti sudah
penuh dengan kiriman dari facebook
sebab sudah lama tak ku buka. Deretan
e-mail teratas membuatku tertegun.
Tercantum nama toko online tempat
pemesanan novel lelaki terindah pada alamat pengirim. Aku segera membuka isi e-mail. Isi e-mail merupakan pemberitahuan bahwa stok novel lelaki terindah
sedang kosong dan diminta sabar menunggu hingga pemberitahuan stok tersedia. Argh…lagi-lagi kosong. Runtukku dalam
hati.
Kekecewaan tak
bisa mendapatkan novel lelaki terindah, aku tuangkan dalam status di facebook. Selang beberapa menit
kemudian, komentar bermunculan. Bukannya memberikan solusi untuk mendapatkan
novel lelaki terindah, beberapa komentar dari teman malah menanyakan tentang
isi dari novel lelaki terindah. Aku menjawab nggak tahu karena belum membaca.
Ada juga teman yang mengejekku karena biasanya aku tak pernah tertarik dengan
novel atau buku. Aku hanya tertawa tergelak dan mengatakan sedang mencari
lelaki terindah untuk dijadikan pacar. Ups!
Ketahuan.
Tidak cukup dengan
status, aku mengirimkan pesan pada teman-teman dari kota lain. Tentunya
teman-teman yang ku tahu suka membaca buku. Meminta tolong dicarikan novel
lelaki terindah di toko buku kota mereka. Lima belas menit berlalu, tidak ada
jawaban pesan satu pun. Mungkin mereka sudah tidur. Aku menoleh kembali pada
jam dinding. Kini jarum pendek hampir menunjuk angka sebelas. Hmm,,,waktunya aku tidur. Aku menutup
semua program yang sedang berjalan dan memilih tombol shutdown.
Aku memberitakan
kabar dari tempat pemesanan novel lelaki terindah kepada Della, begitu sampai
di sekolah. Della menghiburku untuk tidak menyerah mencari novel lelaki
terindah. Tak lupa juga ku beritahukan sedang meminta tolong teman-teman facebook untuk mencarikan novel
tersebut. Della menyambut senang dan akan segera mengikuti jejakku untuk
meminta tolong teman facebook-nya.
Tak lama berselang, bel masuk berbunyi. Aku dan Della berpisah dan masuk kelas
masing-masing.
Ternyata jawaban
pesan yang ku kirimkan pada teman-teman facebook
juga tak membuahkan hasil yang menggembirakan. Begitu juga dengan usaha
Della menghubungi teman-teman facebook-nya.
Bahkan beberapa teman juga sedang mencari novel lelaki terindah. Aku lagi-lagi
menelan kekecewaan. Sulit sekali mencari lelaki terindah dalam bentuk novel,
apalagi lelaki indah yang sebenarnya. Begitu kelakarku pada Della, yang di
sambut dengan tawa kami berdua.
Seperti kata
Della, aku tidak boleh berputus asa. Maka setiap ada saudara atau teman yang
berlibur ke luar kota, aku minta tolong buat mampir ke toko buku dan mencarikan
novel lelaki terindah. Sebulan berlalu. Tidak ada tanda-tanda novel itu akan ku
baca. Aku sudah mulai putus asa dan melupakan keinginan untuk membaca novel
lelaki terindah.
Hingga suatu pagi,
Della menghampiriku yang baru memasuki gerbang sekolah. Memberitahukan bahwa dia
sedang menunggu kiriman novel lelaki terindah dari teman facebook-nya yang berada di Jakarta, sebab teman tersebut menemukan
novel lelaki terindah di salah satu toko buku di sana. Aku berteriak kegirangan,
memeluk erat Della. Tak sadar menjadi bahan tontonan teman-teman yang baru
memasuki gerbang sekolah. Apa peduliku,
yang penting novel lelaki terindah akan segera ku baca.
Tiga hari
kemudian, saat istirahat sekolah Della mendatangiku di kelas sambil tersenyum-senyum
menyembunyikan kedua tangan di belakang punggung. Aku heran dengan tingkah
lakunya.
“Ada apa?”
“Taraaaaaaaaaaa…nih
hadiah buatmu. Novel lelaki terindah. Selamat membaca ya” Della menyodorkan
buku dengan sampul lelaki yang menunjukkan garis-garis macho perutnya.
“Wow…kapan novel
ini datang?” tanyaku tak bisa menyembunyikan rasa senang.
“Kemarin, sepulang
sekolah mama menyerahkan bungkusan paket yang ternyata adalah kiriman novel ini
dari temanku yang di Jakarta”
“Kenapa tidak
segera menghubungiku?” ucapku kecewa.
“Aku ingin membuat
kejutan buatmu” jawab Della sambil tertawa dan bergegas melangkah ke luar kelas
karena akan mengembalikan buku di perpustakaan.
Aku tak bisa
berkonsentrasi pada pelajaran terakhir. Ingin segera membaca novel lelaki
terindah. Hingga bel pulang berbunyi. Aku berlari keluar kelas mendahului teman
lain yang terheran-heran dengan sikapku yang terburu-buru pulang. Sesampai di
rumah, setelah makan aku segera masuk kamar. Membuat posisi untuk membaca novel
lelaki terindah.
Keesokan harinya,
aku mendatangi kelas Della pada waktu istirahat. Della tidak ada. Menurut teman
sekelasnya, Della sedang di taman belakang sekolah. Aku segera menyusul. Della sedang asyik duduk di
bangku taman sambil membaca buku. Kebiasaan lama. Melihatku datang, Della menghentikan membacanya.
“Bagaimana, sudah
kamu baca novelnya?” tanya Della ingin tahu. Aku mengangguk pelan.
“Lalu?”
“Kenapa nggak
bilang kalau novel itu bercerita tentang cinta laki-laki dengan laki-laki?”
sahutku cemberut.
“Lho, kamu tidak menanyakan, ku kira juga sudah
tahu” jawab Della polos.
“Aku sudah
membayangkan novel itu bercerita tentang seorang perempuan yang bertemu dengan
lelaki terindahnya. Eh, ternyata malah laki-laki semua”
“Hahaha…. “ Della
tertawa terbahak-bahak mendengar penjelasaku. “Makanya tanya dulu, jangan asal
ingin baca. Aku tahu sekarang, jangan-jangan keinginanmu baca novel
lelaki terindah karena sedang
mencari laki-laki buat di jadikan pacar ya?” Della menatapku menggoda. Belum sempat menjawab Della sudah berlari menjauhiku sambil
berteriak “Melan cari pacar…Melan
cari pacar”. Aku segera
berlari mengejar Della mengelilingi taman, ingin membungkam mulutnya yang masih juga tertawa terbahak-bahak.
Beberapa teman terlihat menggelengkan kepala melihat tingkah kami berdua.
--TAMAT--
*di ambil dari judul
novel karangan Andrei Aksana
Halah, kayak film apa gitu ternyata ac dc Cikgu.
ReplyDelete