Hampir tujuh tahun
lalu, saya menulis artikel dengan judul Andaikan
Saya Seorang Guru. Tulisan yang lebih didasarkan atas kewajiban
mengumpulkan tugas akhir dari dosen pengampu mata kuliah pengantar pendidikan
dibandingkan pengandaian atas cita-cita. Saat itu tidak terbersit dalam benak
saya untuk menjadi seorang guru, walaupun senyatanya saya adalah mahasiswa
program studi kependidikan. Tentu saja pemilihan ini bukan kehendak saya, jika
tidak, tak mungkin saya tidak memiliki keinginan menjadi seorang guru.
Proses menjadi calon
guru, tidak mudah bagi saya. Saya harus belajar keras untuk bisa tampil
mengajar dalam praktek peer-teaching.
Walaupun hasil akhirnya saya harus puas dengan nilai C. Saya mencoba belajar
menjadi tutor, baru satu bulan saya menerima pemberitahuan bahwa orang tua memberhentikan
sebab tidak setuju dengan metode pengajaran yang saya berikan. Bahkan pada
akhir praktik mengajar di sekolah, saya banyak mendapat kritik dari siswa
sebagai guru yang judes, sinis, tidak pernah tersenyum, suara terlalu pelan,
dan terlalu memaksakan metode pembelajaran. Bukan hanya itu, seorang teman yang
mengikuti saya di kelas merasa terkejut dengan sikap keras saya yang jauh dari
sikap keseharian. Alasan itu membuat saya semakin percaya bahwa saya tidak bisa
menjadi guru. Guru membuat saya tidak menjadi diri sendiri dan berpura-pura
akting di depan kelas.
Akhir kuliah saya
mendapat tawaran mengajar dari almamater saya sebelumnya. Keputusan simalakama
karena saya tidak ingin jadi guru, sedangkan di sisi lain saya sudah berjanji
untuk kembali ke almamater segera setelah kuliah. Setelah melalui pertimbangan
yang sulit, saya memutuskan membantu almamater. Sekedar untuk menuntaskan janji
yang pernah saya ikrarkan.
Berawal dari niat
membantu, saya tidak begitu mempedulikan sosok guru yang seharusnya saya
geluti. Berbeda dengan kasus-kasus sebelumnya. Saat saya berusaha keras untuk
tampil seperti guru dalam pikiran saya. Saat itu, saya memposisikan diri
sebagai kakak kelas bukan guru. Tetapi disinilah saya akhirmya bisa belajar
menjadi guru. Terlebih lagi satu semester kemudian saya harus berpamitan sebab
pindah tugas menjadi guru negeri. Saya terenyuh dengan sikap mereka yang tidak
menghendaki kepindahan saya. Tangis beberapa siswa dari setiap kelas yang saya
ajar begitu membekas, dan pada saat itu saya yakin bahwa saya mencintai mereka.
Mereka yang menerima saya apa adanya, mereka yang mengajarkan untuk tetap
menjadi diri sendiri. Apapun peran yang saya jalani.
Menjadi guru negeri
tidak serta membuat saya mencintai profesi guru. Saya masih berat hati
menjalani profesi ini. Keterpaksaan lingkungan dan tugas yang sudah menjadi
kewajiban membuat saya tetap mengemban kata guru. Akan tetapi, waktu membuat
saya terus belajar dan pada akhirnya sampai pada satu kesimpulan bahwa inilah
jalan hidup saya. Sekeras apapun saya menentang dan menolak pada muaranya yang
terjadi adalah keputusan sang pemilik hidup, Allah SWT.
Tiga tahun saya
berpikir untuk menjadi guru, guru sebagai pilihan profesi hidup bukan karena
keterpaksaan. Semakin saya berpikir, semakin saya mencintai lingkungan ini. Siswa-siswa
yang selalu membuat saya kagum, tertawa, senang, marah, jengkel, dan kecewa
pada saat yang bersamaan. Ulah kekanakan dan sok dewasa tak jarang juga membuat
saya terpingkal dan terharu. Kini saya yakin bahwa saya mencintai siswa-siswa
saya, saya ingin memberikan yang terbaik pada mereka. Saya bahagia dengan
kebahagian yang mereka dapatkan, dan saya bersedih tatkala air mata mereka
menetes karena kesedihan.
Sekarang saya baru bisa mengatakan saya mencintai profesi guru. Saya memang tidak bercita-cita jadi guru, dan tidak akan pernah bercita-cita menjadi guru, karena guru adalah jiwa saya dan sampai kapan pun saya akan menjaga lentera itu agar tidak pernah padam.
Sekarang saya baru bisa mengatakan saya mencintai profesi guru. Saya memang tidak bercita-cita jadi guru, dan tidak akan pernah bercita-cita menjadi guru, karena guru adalah jiwa saya dan sampai kapan pun saya akan menjaga lentera itu agar tidak pernah padam.
BT, 080712, 05:00 PM
comment 0 komentar
more_vert~~falkhi~~