Evaluasi
merupakan proses yang harus dilaksanakan untuk mengetahui tingkat target
pencapaian kinerja maupun dalam upaya peningkatan mutu suatu organisasi.
Sekolah sebagai suatu organisasi juga perlu melaksanakan suatu sistem evaluasi yang bertujuan
untuk mengetahui tingkat pencapaian kinerja sekolah, dimana hasil evaluasi nantinya akan digunakan dalam proses perencanaan sekolah dan siklus
pengembangan mutu sekolah.
Sumber : blogspot.com |
Guru
adalah sumber daya utama dari organisasi sekolah. Oleh sebab itu, evaluasi terhadap guru merupakan bagian yang penting dari suatu
sistem evaluasi dalam sekolah. Stake (1989) bahkan beranggapan penilaian guru sebagai bagian integral
dari praktik mengevaluasi sekolah. Pendapat
senada dikatakan oleh Peterson (2000) yang meyakini kualitas guru memiliki peran penting
dalam meningkatkan keseluruhan kualitas pendidikan.
Kebijakan Pemerintah Indonesia yang terkait dengan evaluasi guru terdapat dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 63 tahun 2009 tentang
Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP). Salah satu program SPMP adalah
program Evaluasi Diri Sekolah (EDS). EDS ini memuat penilaian kinerja delapan Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang salah satunya adalah
penilaian standar pendidik dan tenaga pendidikan. Selain itu, evaluasi guru juga
terkait dengan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009 tentang adanya penilaian kinerja (PK) guru.
PK guru merupakan kegiatan penilaian terhadap tugas utama guru dalam
rangka pembinaan karir, kepangkatan, dan jabatannya. PK guru
dilaksanakan
setiap tahun dengan instrumen dan metode penilaian terkait yang
dibuat standar, sehingga diharapkan hasil evaluasi dapat menunjukkan konsistensi kinerja guru.
Berdasarkan dua kebijakan tersebut terlihat bahwa pelaksanaan
evaluasi guru di Indonesia masih pada taraf pengembangan karir dan jabatan. Padahal seharusnya evaluasi guru berfokus pada pengembangan profesional berkelanjutan (Glatthorn, 2000; Glickman et al, 2010). Hal ini disebabkan pengembangan profesional guru
berkaitan erat dengan keberhasilan proses belajar mengajar yang merupakan inti
dari tujuan pendidikan. Oleh sebab itu, perlu pembenahan dalam proses
pelaksanaan evaluasi guru agar dapat berfokus pada
pengembangan dan pembinaan kompetensi profesionalisme guru secara berkelanjutan. Salah satu cara pembenahan adalah dengan melakukan
integrasi hasil penilaian kinerja peserta didik dengan
sistem penilaian kinerja profesionalisme guru.
Sumber : educationnews.org |
Hasil
penelitian Malakolunthu dan Vasudevan (2012)
menyatakan bahwa keberhasilan sistem evaluasi guru berbasis sekolah di Malaysia adalah berdasarkan empat aspek kunci, yaitu: kebijakan, metode
evaluasi, instrumen evaluasi, dan
pemanfaatan hasil evaluasi. Integrasi hasil penilaian
kinerja peserta didik dengan sistem penilaian kinerja profesionalisme guru di Indonesia dapat mengikuti empat aspek kunci dari hasil
penelitian Malakolunthu dan Vasudevan. Empat aspek kunci ini dijelaskan sebagai berikut.
1. Kebijakan evaluasi
Kebijakan mengintegrasikan hasil penilaian kinerja
peserta didik dengan sistem penilaian kinerja profesionalisme guru bertujuan untuk dapat melihat hasil dari proses
evaluasi berkelanjutan yang dilakukan terhadap guru melalui hasil kinerja
peserta didik. Sebagaimana pendapat Black & Wiliam (1998) yang menyatakan bahwa penilaian
kinerja guru seharusnya memiliki dampak terhadap peningkatan hasil belajar
peserta didik.
Agar penilaian kinerja guru berdampak pada peningkatan hasil belajar peserta didik, maka guru harus termotivasi membantu peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran. Integrasi hasil penilaian kinerja peserta didik dengan sistem penilaian kinerja guru, diharapkan dapat meningkatkan motivasi guru dalam mencapai tujuan pembelajaran. Hal ini disebabkan guru selain berkepentingan terhadap keberhasilan proses belajar, juga berkepentingan terhadap pengembangan karir dan jabatannya. Seperti penjelasan Siagian (2002: 12) bahwa tujuan pribadi akan menimbulkan daya dorong bagi seseorang untuk memberikan kontribusi yang besar untuk keberhasilan mencapai tujuan bersama.
Motivasi yang tinggi dari guru diharapkan dapat memunculkan proses kerjasama yang positif antara guru dan peserta didik, yakni berupa tindakan untuk saling memotivasi dan memberikan kontribusi maksimal dalam mencapai tujuan pembelajaran. Tercapainya tujuan pembelajaran akan berimplikasi pada tercapainya tujuan pendidikan.
2. Metode evaluasi
Selama ini dalam penilaian kinerja guru metode yang digunakan adalah
pemeriksaan dokumen dan observasi kelas. Pemeriksaan dokumen dilakukan untuk
mengetahui perencanaan pembelajaran guru, sedangkan observasi kelas dilakukan
untuk mengetahui persentase keterlaksanaan perencanaan pembelajaran yang telah
dibuat. Agar evaluasi guru dapat mencerminkan prestasi yang sebenarnya dari
seorang guru, maka metode dalam evaluasi dalam kebijakan integrasi hasil penilaian kinerja peserta didik dengan sistem penilaian kinerja guru ditambah dengan metode wawancara. Wawancara
dilakukan untuk mengetahui kendala atau peluang keberhasilan pembelajaran guru
yang telah dilakukan. Dalam wawancara juga dapat dilakukan pemberian motivasi
pada guru, agar tidak merasa terbebani dengan proses evaluasi yang mungkin akan
berakibat pada ketidakjujuran dalam proses evaluasi. Dengan
demikian, hasil evaluasi dapat
dijadikan dasar dalam upaya peningkatan guru, dimana nantinya akan berimplikasi
pada peningkatan mutu. Sebagaimana pernyataan Darling-Hammond (1990) bahwa kunci untuk
peningkatan kualitas pendidikan terletak pada peningkatan kualitas guru sebagai
pelaksana program sekolah dan kurikulum.
3. Pemanfaatan hasil evaluasi
Mengamati hasil evaluasi guru di lapangan yang telah dilakukan, ternyata
hasil evaluasi belum dimanfaatkan secara maksimal dalam proses peningkatan mutu
pendidikan, khususnya ditingkat satuan pendidikan. Dalam integrasi hasil penilaian kinerja peserta didik dengan sistem penilaian kinerja
profesionalisme guru, hasil penilaian
kinerja guru dapat digunakan sebagai dasar dalam penilaian
standar pendidik pada Evaluasi Diri
Sekolah (EDS). Hal ini dilakukan sebagai bagian dari upaya sekolah dalam
meningkatkan mutu guru melalui perencanaan kegiatan sekolah pada tahun ajaran
selanjutnya. Instrumen integrasi hasil penilaian kinerja guru dengan sistem EDS dapat dikembangkan melalui Instrumen EDS SMA pada indikator Standar Pendidik dan Tenaga
Kependidikan untuk kolom pendidik.
Melalui integrasi hasil penilaian kinerja peserta
didik dengan sistem penilaian kinerja profesionalisme guru dan mengintegrasikan hasil penilaian kinerja
profesionalisme guru dengan sistem evaluasi diri sekolah diharapkan proses
evaluasi guru tidak hanya dalam taraf pengembangan karir dan jabatan. Melainkan
juga dapat mengembangkan profesionalisme guru yang selanjutnya dapat
meningkatkan prestasi siswa dan pada akhirnya dapat meningkatkan mutu sekolah.
Namun demikian, guru itu sama seperti pemain dalam tim sepak bola. Tetap butuh
kepemimpinan yang baik, strategi yang tepat, sikap baik, dan kerja sama tim
serta sistem permainan yang kuat untuk menjadi seorang pemain yang hebat
(Aulia, 2013). Proses pemberlakuan kebijakan integrasi hasil penilaian kinerja peserta didik dengan sistem penilaian kinerja
profesionalisme guru pun harus
diikuti dengan komitmen dan kesadaran seluruh komponen pendidikan untuk
mewujudkan evaluasi yang akuntabel. Demi terwujudnya mutu pendidikan di
Indonesia.
Baca juga PENILAIAN KINERJA SEKOLAH, EVALUASI DIRI SEKOLAH
Daftar Referensi
Aulia, Luki. Pendidikan
Abad XXI: Guru Kaku Sudah Tak Laku. Kompas, 25 November 2013.
Black,
P.J., & Wiliam, D. (1998).
Assessment and classroom learning.
Assessment in Education, 5(1),
7-73.
Darling-Hammond, L. 1990. Teacher evaluation in transition: Emerging roles and evolving methods.
In J. Millman & L. Darling-Hammond (Eds.), The new handbook of teacher evaluation: Assessing
elementary and secondary school teachers (pp. 17–32). Newbury Park, CA: Sage.
Glatthorn, A. 2000. The principal as
curriculum leader.
Thousand Oaks, CA: Sage.
Glickman, C. D., Gordon, S. P., & Gordon, J. M. R.
(2010). Supervision and instructional leadership. Boston, MA: Allyn & Bacon.
Malakolunthu, Suseela. & Vasudevan, Vasundhara.
2012. Teacher evaluation practices in Malaysian primary schools: issues and
challenges. Asia Pacific Educ.Rev, 13, 449-456.
Peterson, K. D. (2000). Teacher evaluation: A comprehensive guide to new directions and practices (2nd ed.).
Thousand Oaks, CA: Corwin Press.
Permendiknas No. 63 tahun 2009 tentang Sistem Penjaminan
Mutu Pendidikan.
Permennegpan & RB No.16 tahun 2009 tentang jabatan
fungsional guru dan angka kreditnya.
Siagian, Sondang P. 2002. Kiat
meningkatkan Produktivitas Kerja. Jakarta : Rineka Cipta
Stake, R. E. 1989. The
evaluation of teaching. In H. Simons & J. Elliot (Eds.), Rethinking appraisal and assessment (pp. 25–35). Milton Keynes: Open University Press.
comment 0 komentar
more_vert~~falkhi~~