Kalender baru sudah dipasang. Sekarang waktunya membuat target untuk satu tahun ke depan. Eh, jangan lupa juga untuk melakukan refleksi tahun sebelumnya.
Seraya melihat tayangan jatuhnya pesawat Air Asia QZ 8501, saya berpikir tentang satu kata, yaitu sepele. Ada apa dengan sepele? Kembali lagi ke masalah pesawat, saya terkadang tidak memperhatikan peragaan keselamatan yang diberikan oleh pramugari. Mengapa? Karena saat itu saya berpikir bahwa ini sudah pernah saya dengar, ini sudah pernah saya lihat, ini sudah pernah saya simak, dan alasan lain lagi. Intinya, saya menyepelekan peragaan ini karena merasa saya sudah bisa. Padahal, bisa jadi ketika ada gangguan pesawat yang meminta penumpang untuk menyelamatkan diri dengan pelampung, saya akan kesulitan menggunakan alat penampung. Akhirnya, saya tidak dapat terselamatkan. Hm, ini bahaya kan?
Tiba-tiba saya teringat kejadian awal tahun 2014. Saat itu pelaksanaan ujian komprehensif sebagai prasyarat mengikuti ujian proposal tesis. Ada tiga mata ujian, yaitu pendidikan, manajemen, dan penelitian. Waktu yang sempit membuat saya harus benar-benar fokus dalam belajar agar dapat lulus ujian komprehensif. Nah, diantara tiga mata ujian tersebut saya merasa paling siap di mata ujian penelitian. Berdasarkan keyakinan itu, maka saya lebih memfokuskan belajar pada mata ujian pendidikan dan manajemen.
Pelaksanaan ujian terdiri dari dua tahap, yaitu tes tulis dan tes lisan. Tes tulis diadakan terlebih dahulu, kemudian tes lisan keesokan harinya. Saat pelaksanaan tes tulis, lagi-lagi saya kesulitan di mata ujian pendidikan dan manajemen. Oleh sebab itu, malam harinya saya kembali fokus pada mata ujian pendidikan dan manajemen. Penelitian? Ah, saya sudah bisa kok. Begitu yang saya pikirkan.
Dengan persiapan yang sangat matang, mata ujian pendidikan dan manajemen dapat saya lewati dengan baik dan dinyatakan lulus. Sedangkan penelitian? Mata ujian ini mendapatkan pengalihan jadwal karena penguji tidak bisa hadir. Waktu yang lebih panjang seharusnya dapat saya gunakan untuk mempersiapkan lebih baik. Tapi, pemikiran sudah bisa membuat saya terkesan menyepelekan dan hanya belajar ala kadarnya. Bahkan beberapa materi tidak benar-benar saya pelajari, alasannya? Lagi-lagi karena saya berpikir materi ini tidak akan ditanyakan.
Hasilnya? Saat bertemu penguji ternyata materi yang saya pikir tidak akan ditanyakan menjadi pertanyaan utama penguji pada saya. Alhasil, saya hanya bisa tersenyum dan menggeleng pasrah. Lalu... saya dinyatakan tidak lulus dan harus mengulang untuk mata ujian penelitian. Wah, sepele membawa sengsara nih... hehehe.
Pengalaman dan kejadian kecelakaan pesawat Air Asia QZ 8501 membuat saya sadar untuk tidak pernah menyepelekan hal sekecil apapun karena dapat menimbulkan bahaya dan sengsara. Inilah yang kemudian menjadi refleksi akhir tahun yang akan saya perbaiki untuk tahun-tahun selanjutnya. Bagaimana dengan anda?
Seraya melihat tayangan jatuhnya pesawat Air Asia QZ 8501, saya berpikir tentang satu kata, yaitu sepele. Ada apa dengan sepele? Kembali lagi ke masalah pesawat, saya terkadang tidak memperhatikan peragaan keselamatan yang diberikan oleh pramugari. Mengapa? Karena saat itu saya berpikir bahwa ini sudah pernah saya dengar, ini sudah pernah saya lihat, ini sudah pernah saya simak, dan alasan lain lagi. Intinya, saya menyepelekan peragaan ini karena merasa saya sudah bisa. Padahal, bisa jadi ketika ada gangguan pesawat yang meminta penumpang untuk menyelamatkan diri dengan pelampung, saya akan kesulitan menggunakan alat penampung. Akhirnya, saya tidak dapat terselamatkan. Hm, ini bahaya kan?
Sumber: blogspot.com |
Tiba-tiba saya teringat kejadian awal tahun 2014. Saat itu pelaksanaan ujian komprehensif sebagai prasyarat mengikuti ujian proposal tesis. Ada tiga mata ujian, yaitu pendidikan, manajemen, dan penelitian. Waktu yang sempit membuat saya harus benar-benar fokus dalam belajar agar dapat lulus ujian komprehensif. Nah, diantara tiga mata ujian tersebut saya merasa paling siap di mata ujian penelitian. Berdasarkan keyakinan itu, maka saya lebih memfokuskan belajar pada mata ujian pendidikan dan manajemen.
Pelaksanaan ujian terdiri dari dua tahap, yaitu tes tulis dan tes lisan. Tes tulis diadakan terlebih dahulu, kemudian tes lisan keesokan harinya. Saat pelaksanaan tes tulis, lagi-lagi saya kesulitan di mata ujian pendidikan dan manajemen. Oleh sebab itu, malam harinya saya kembali fokus pada mata ujian pendidikan dan manajemen. Penelitian? Ah, saya sudah bisa kok. Begitu yang saya pikirkan.
Dengan persiapan yang sangat matang, mata ujian pendidikan dan manajemen dapat saya lewati dengan baik dan dinyatakan lulus. Sedangkan penelitian? Mata ujian ini mendapatkan pengalihan jadwal karena penguji tidak bisa hadir. Waktu yang lebih panjang seharusnya dapat saya gunakan untuk mempersiapkan lebih baik. Tapi, pemikiran sudah bisa membuat saya terkesan menyepelekan dan hanya belajar ala kadarnya. Bahkan beberapa materi tidak benar-benar saya pelajari, alasannya? Lagi-lagi karena saya berpikir materi ini tidak akan ditanyakan.
Hasilnya? Saat bertemu penguji ternyata materi yang saya pikir tidak akan ditanyakan menjadi pertanyaan utama penguji pada saya. Alhasil, saya hanya bisa tersenyum dan menggeleng pasrah. Lalu... saya dinyatakan tidak lulus dan harus mengulang untuk mata ujian penelitian. Wah, sepele membawa sengsara nih... hehehe.
Pengalaman dan kejadian kecelakaan pesawat Air Asia QZ 8501 membuat saya sadar untuk tidak pernah menyepelekan hal sekecil apapun karena dapat menimbulkan bahaya dan sengsara. Inilah yang kemudian menjadi refleksi akhir tahun yang akan saya perbaiki untuk tahun-tahun selanjutnya. Bagaimana dengan anda?
comment 0 komentar
more_vert~~falkhi~~