Seperti biasa, lebaran tahun ini keluargaku dan keluarga
om berkunjung ke tempat simbah. Tepat hari ketiga lebaran, kami yang terdiri
atas aku, mama, papa, om, tante, dua adik, dan keponakanku berangkat ke tempat
simbah. Simbah tinggal di sebuah desa dataran tinggi yang berjarak 2 jam
perjalanan dari rumah kami. Di sana simbah menetap bersama keluarga besarku.
Ya, hanya keluargaku dan keluarga om yang tidak menetap bersama disana.
Sehingga, setiap lebaran tiba, kami selalu bersama-sama bersilaturrahmi ke
tempat simbah dan keluarga besar disana.
Sama seperti tahun-tahun sebelumnya, aku memberikan
sedikit rejeki pada simbah. Begitu juga dengan mama, tante, dan adikku. Totalnya,
simbah mendapat empat angpao dari kami. Angpao dalam amplop itu simbah letakkan
di tempat simpanan favoritnya, bawah kasur. Kami pun mewanti-wanti simbah agar
menjaga amplop tersebut, jangan sampai hilang.
Dua hari yang lalu, saat kami dalam perjalan pulang ke
rumah, simbah membuka keempat amplop dari kami, dan menemukan amplop dari
mamaku kosong. Simbah kemudian meminta tolong tante Ida untuk menanyakan
nominal uang yang berada dalam amplop. Karena itu, tante menelpon mama.
Mendengar cerita tersebut, sontak mamaku terkejut. Dan
meminta tolong tante Ida untuk mencarikan kembali uang yang ada dalam amplop.
Sebab, mungkin saja simbah lupa meletakkan isi amplop di tempat lain.
Telepon tante Ida membuat mama panik dan mulai berpikir
macam-macam. Salah satunya adalah pencuri. Hm, mungkin saja ada orang lain yang
masuk kamar simbah kemudian mengambil uang dalam amplop itu. Toh, simbah tidak
pernah mengunci kamarnya. Apalagi sebelumnya, pernah kejadian mama kehilangan
uang dari dalam tas ketika berada di rumah simbah. Padahal tas itu berada di
dalam kamar yang tertutup. Hm!
Beberapa jam kemudian tante Ida kembali menelpon. Tante
mengabarkan bahwa pencariannya sia-sia. Uang dalam amplop simbah yang diberi
mama tidak ada. Siapa yang berani mengambil uang simbah? Pertanyyan ini membuat
mama mulai mengidentifikasi satu persatu orang yang sering keluar masuk rumah
simbah. Bisa jadi, salah seorang dari mereka adalah pelakunya. Namun, mama tetap
mewanti-wanti tante Ida untuk tidak mencurigai siapapun. ”Salam buat simbah,
uangnya akan diganti,” begitu pesan mama kepada tante Ida.
Malam harinya, mama bercerita kisah tentang uang simbah
yang hilang itu kepada aku dan papa. “Kasihan simbah, mungkin uangnya akan
digunakan untuk sesuatu,” ujarku membayangkan wajah simbah yang sedih karena
uangnya hilang.
Tiba-tiba mama beranjak berdiri dan masuk kamar. Beberapa
menit berlalu, mama muncul di pintu kamar sambil tertawa-tawa. Ditangan
kanannya terselip selembar amplop putih.
“Apa...?” aku mulai berpikir.
“Tadi tante Ida cerita, om Supri suaminya mengatakan
tidak mungkin bude memberikan amplop kosong sama simbah. Mama tiba-tiba ingat
kalau amplop itu ada dua di lemari. Makanya tadi mama tergesa-gesa masuk kamar
untuk melihat. Setelah mama lihat, ternyata amplop ini ada uangnya,” mama
mengacungkan amplop di tangan kananya.
“Jadi....” aku dan papa bersamaan menebak.
“Mama memberikan amplop kosong buat simbah,” jawab mama
tanpa bisa menahan tawa.
Oalah... mama... mama... kami pun terbahak-bahak bertiga.
Mana mama sudah mencurigai orang lain yang mengambil. Tahunya, si mama yang
lupa mengecek amplop yang diberikan. Segera mama menelpon tante dan mengabarkan
amplop yang asli masih ada, karena yang diberikan buat simbah adalah amplop
kosong. Hahaha....
comment 0 komentar
more_vert~~falkhi~~