Kita semua menginginkan kesuksesan. Keberhasilan untuk berada di puncak. Sayangnya, perjalanan menuju puncak itu tidak mudah. Ada banyak hal yang dapat menjadi halangan dalam perjalanan. Bahkan, sejak pertama menginginkan keberhasilan kita sudah memiliki hambatan. Rasa takut, tidak percaya, dan pesimis akan bergantian menjadi slide dalam pikiran kita.
Ketakutan sebelum melakukan langkah pertama adalah hal yang wajar. Sebab, kita tidak pernah tahu apa yang akan ditemui setelah melakukan langkah pertama. Kita bisa menemukan tangga kedua atau mungkin berjumpa dengan lubang pertama. Semua bersifat rahasia, sebelum kita memutuskan untuk melangkah.
Langkah pertama menjadi kunci dalam mencapai keberhasilan. Kunci yang berhasil mematahkan rasa ketakutan kita. Kunci yang sukses merasuki pikiran kita dengan optimisme untuk melangkah. Jadi, bisik-bisik tetangga yang mengatakan keberhasilan itu dimulai dari langkah pertama, benar adanya.
Setiap keberhasilan memiliki jejak, memiliki tahap, memiliki tangga. Hampir tidak ada keberhasilan yang tiba-tiba. Oleh sebab itu, jika kita tiba-tiba merasa berada di puncak dan sudah mencapai keberhasilan, ada baiknya untuk memeriksa kembali. Berapa langkah yang sudah kita lewati. Berapa tangga yang sudah kita naiki. Kalau langkah itu tak terlihat, bahkan tidak ada tangga di sekeliling kita, cepat-cepatlah untuk bangun. Bisa jadi, saat itu kita sedang tidur dan bermimpi berada di puncak. Layaknya, berada di puncak Semeru tanpa harus bersusah payah untuk mendaki. Hahaha.
Khayalan terkadang menjebloskan pikiran kita tentang puncak yang tidak memiliki tiang untuk menopang. Puncak yang tiba-tiba hadir dalam hidup kita dan mengantarkan kita berada dalam hidup sukses. Pasti menyenangkan berada dalam kondisi keberuntungan seperti itu.
Tapi ingat, puncak yang datang tiba-tiba tidak memiliki tiang dibawahnya. Puncak itu rapuh karena tidak ada penopang yang dapat membuatnya tetap berada di puncak. Ketika jatuh, ia akan terjun bebas ke lantai dasar. Dan, ini tentu lebih menyakitkan. Kembali ke lantai dasar padahal kita sudah berada di lantai tertinggi.
Bagaimana menyikapi agar kita jatuh tidak terjun bebas?
Kuncinya ada pada langkah pertama. Lakukan langkah pertama dengan keputusan untuk berusaha dan bekerja keras. Pada setiap tangga, ayunkan langkah dengan kuat dan penuh kepastian. Bertahan untuk tetap melangkah satu demi satu. Dengan demikian, ketika jatuh kita masih bisa berpegangan. Kita masih memiliki tangga sebelumnya yang dapat dijadikan penopang, lalu kembali menguatkan tekad untuk melanjutkan perjalanan menuju puncak.
Sumber : s-media-cache-ak0.pinimg.com |
Ketakutan sebelum melakukan
Langkah pertama menjadi kunci dalam mencapai keberhasilan. Kunci yang berhasil mematahkan rasa ketakutan kita. Kunci yang sukses merasuki pikiran kita dengan optimisme untuk melangkah. Jadi, bisik-bisik tetangga yang mengatakan keberhasilan itu dimulai dari langkah pertama, benar adanya.
Ketika telah sampai di puncak, jangan lupa menoleh ke bawah. Sekadar memeriksa apakah tangga yang kita naiki masih ada. Kalau tidak, artinya kita ada di dunia khayalan. Hehehe.
Setiap keberhasilan memiliki jejak, memiliki tahap, memiliki tangga. Hampir tidak ada keberhasilan yang tiba-tiba. Oleh sebab itu, jika kita tiba-tiba merasa berada di puncak dan sudah mencapai keberhasilan, ada baiknya untuk memeriksa kembali. Berapa langkah yang sudah kita lewati. Berapa tangga yang sudah kita naiki. Kalau langkah itu tak terlihat, bahkan tidak ada tangga di sekeliling kita, cepat-cepatlah untuk bangun. Bisa jadi, saat itu kita sedang tidur dan bermimpi berada di puncak. Layaknya, berada di puncak Semeru tanpa harus bersusah payah untuk mendaki. Hahaha.
Khayalan terkadang menjebloskan pikiran kita tentang puncak yang tidak memiliki tiang untuk menopang. Puncak yang tiba-tiba hadir dalam hidup kita dan mengantarkan kita berada dalam hidup sukses. Pasti menyenangkan berada dalam kondisi keberuntungan seperti itu.
Tapi ingat, puncak yang datang tiba-tiba tidak memiliki tiang dibawahnya. Puncak itu rapuh karena tidak ada penopang yang dapat membuatnya tetap berada di puncak. Ketika jatuh, ia akan terjun bebas ke lantai dasar. Dan, ini tentu lebih menyakitkan. Kembali ke lantai dasar padahal kita sudah berada di lantai tertinggi.
Bagaimana menyikapi agar kita jatuh tidak terjun bebas?
Kuncinya ada pada langkah pertama. Lakukan langkah pertama dengan keputusan untuk berusaha dan bekerja keras. Pada setiap tangga, ayunkan langkah dengan kuat dan penuh kepastian. Bertahan untuk tetap melangkah satu demi satu. Dengan demikian, ketika jatuh kita masih bisa berpegangan. Kita masih memiliki tangga sebelumnya yang dapat dijadikan penopang, lalu kembali menguatkan tekad untuk melanjutkan perjalanan menuju puncak.
"Jangan berpikir mencapai puncak tanpa langkah pertama, itu sama saja dengan berkhayal."
comment 0 komentar
more_vert~~falkhi~~