Manajemen hujan?
Emangnya kita bisa mengatur hujan? mengelola kapan harus turun dan reda? Eits, bukan itu. Kita sebagai manusia tidak bisa mengatur "waktu" dari hujan, karena hujan itu adalah hadiah dari Tuhan untuk kita, bener gak?
Maksudnya manajemen hujan adalah bagaimana mengelola emosi kita saat hujan. Maklum, kisah aku dan hujan dari dulu selalu bertolak belakang. Gak ada manis-manisnya, adanya bikin nangis. Karena hujan selalu bikin hidung mampet, bersin-bersin, dan batuk. Kayak sekarang, kena flu dan batuk sejak kehujanan seminggu yang lalu. Belum sembuh euy!
Jadi, agar gak marah-marah saat hujan, kita harus bisa mengelola emosi sehingga dapat menikmati hujan. Apalagi jika tinggal di daerah pegunungan yang hujannya gak pernah ijin, apalagi absen. Perlu banget tuh untuk menikmati hujan.
Salah satu cara menikmati hujan ala saya adalah menunggu hujan reda. Sebab, setelah hujan tumbuhan di sekitar lingkungan saya tinggal terlihat segar dan memesona. Bikin hati menjadi adem. Alasan itu membuat saya tak sabar menunggu hujan reda dan menyiapkan kamera.
Klik, klik, klik. Wajah daun dan bunga-bunga berbalut tetes air hujan pun segera pindah ke galery foto.
Tetes airnya segar bukan? |
Lagi-lagi tetes air yang bikin bunga terlihat semakin cantik |
Hujannya masih mengguyur, belum reda. Hehe. |
Kesegaran alam benar-benar menghipnotis saya untuk selalu setia menunggu hujan reda. Menunggu wajah-wajah cantik dari daun dan bunga-bunga. So, akhirnya saya memiliki alasan untuk tidak membenci hujan. Hehehe.
Itulah manajemen hujan ala falkhi. Mengatur bagaimana cara agar kita tidak mengomel dan menggerutu ketika hujan mulai turun. Mengelola supaya kita bisa menikmati hujan sebagai hadiah terindah dari Tuhan. Selamat datang, hujan!
comment 0 komentar
more_vert~~falkhi~~