Maunya segera posting begitu pulang dari berlibur,
ternyata... tertunda lebih dari seminggu. Pfiuhf! Begitulah ruh kepenulisan
saya saat ini. Lebih banyak pendingnya dengan berbagai macam alasan yang
mungkin hanya sekedar alasan. Hehehe...
Nah, ngobrolin tentang tempat berlibur, minggu kemarin saya
sempat berkunjung ke salah satu tempat eksotis di ujung timur pulau Jawa. The
name is Tabuhan Island. Pulau Tabuhan memiliki pantai yang putih dan dunia
bawah laut yang menawan. Rujukan tempat yang tepat bagi para pecinta pantai dan snorkeling.
Pantai di Tabuhan putih bersih |
Perjalanan liburan ke pulau Tabuhan dimulai dari tempat tercinta, Probolinggo
menuju Banyuwangi. Saya memilih kereta api sebagai teman perjalanan dengan
alasan pemandangan alam sepanjang Probolinggo-Banyuwangi lebih nikmat jika
dinikmati melalui jendela kereta api. Selain itu, jatah berlibur hanya satu
hari, jika menggunakan transportasi lain dikhawatirkan ada kemacetan sehingga
mengurangi jam libur. Terakhir, kereta api mendukung rencana saya mengeluarkan biaya semurah-murahnya untuk berlibur. Hehehe.
Pemandangan alam dari jendela kereta api |
Saya berangkat dengan kereta api pertama berlabel Probowangi. Berangkat dari stasiun Probolinggo pada pukul 06.45 dan berakhir di Stasiun Banyuwangi Baru pada pukul 11.45. Kelas ekonomi untuk Probowangi dibandrol harga Rp.27.000. Penumpang cukup penuh dari Probolinggo-Jember, sedangkan untuk perjalanan selanjutnya dari Jember-Banyuwangi banyak kursi kosong. Bahkan, saya bisa duduk leluasa karena hanya sendiri dalam satu kabin.
Menikmati perjalanan dengan membaca |
Sebelum tiba di Stasiun Banyuwangi Baru, saya aktif mencari
informasi transportasi ke pulau Tabuhan. Berbekal informasi-informasi tersebut,
terpilihlah ojek sebagai pengantar ke Rumah Apung, pantai Bangsring, salah satu
tempat mangkal perahu-perahu menuju pulau Tabuhan. Sayangnya, tidak ada
rekomendasi harga yang bisa saya temukan.
Pukul 11.45 kereta tiba di stasiun Banyuwangi Baru. Saya
berniat mencari toko/warung terlebih dahulu karena tenggorokan kering dan perut
perlu diisi. Selain itu, saya berniat mencari tahu tentang transportasi ke
pantai Bangsring. Rupanya tidak banyak warung di sekitar stasiun. Letak stasiun
juga agak menjorok dari jalan raya sehingga terkesan sepi pengunjung.
Saya kemudian kergegas ke deretan warung yang letaknya
diluar pagar stasiun. Terdapat dua warung yang saat itu dipenuhi oleh para
pengunjung stasiun. Suasana yang ramai membatalkan rencana saya untuk makan,
dan hanya mengambil sekaleng bear brand dari lemari pendingin. Saya menikmati
sekaleng bear brand seraya mengamati suasana stasiun. Hanya ada dua angkutan
berwarna kuning, beberapa becak, dan motor pengunjung. Hm, mana pangkalan
ojeknya?
Setelah membayar harga minuman dan beberapa biskuit sebagai
bekal, saya kembali ke stasiun. Sebab, pemilik warung mengatakan tidak
tahu-menahu tentang harga ojeg ke pantai Bangsring. Saya melihat ada negosiasi
antara rombongan penumpang dan pemilik angkutan kota di depan stasiun. Saya pun
ikut nimbrung dan menyatakan keinginan untuk mencari transportasi ke pantai
Bangsring.
Para sopir kemudian menyarankan untuk menggunakan ojeg,
sebab saya hanya sendiri. Tanpa menawar harga, saya langsung menyetujui dan
bersedia di antar oleh salah seorang dari mereka. Perjalanan dari stasiun ke Rumah Apung menempuh waktu sekitar
30 menit. Biaya ojeg ke Rumah Apung yang ditawarkan 25 ribu dan saya tidak bisa menawar,
hehehe. Saya kemudian di antar pak ojeg ke loket pendaftaran penyeberangan ke
pulau Tabuhan. Harga satu perahu penyeberangan 500 ribu untuk maksimal 10
penumpang (tahun 2016). Karena saya sendirian, petugas menyarankan untuk menunggu rombongan
lain. Mereka meminta nama saya dan berjanji akan memanggil jika ada rombongan
yang akan bertolak ke pulau Tabuhan.
Selama proses menunggu, saya berkeliling sepanjang pantai di
Rumah Apung. Air pantai terlihat jernih, sehingga mengundang pengunjung untuk
berenang dan bermain air. Selain berenang, pengunjung juga disediakan boat
untuk ke Rumah Apung. Saya sendiri tidak sempat berkunjung ke Rumah Apung
karena waktu yang terbatas.
Papan nama di Rumah Apung |
Sebagian pengunjung berenang di Rumah Apung |
Pose dengan latar belakang nelayan :) |
Rumah Apung dari pinggir pantai |
Penantian untuk menyeberang ke pulau Tabuhan pun berakhir
ketika ada pengeras suara menyebutkan nama saya untuk segera merapat ke loket
penyeberangan. Rupanya ada rombongan pengunjung yang hendak menyeberang ke
pulau Tabuhan dan masih kurang jika 10 orang sehingga saya bisa ikut menyeberang. Biaya yang saya keluarkan untuk sewa perahu adalah 56 ribu, dengan rincian 500 ribu dibagi 9 orang.
Kapal yang akan membawa saya ke pulau Tabuhan |
Pesona lain dari pulau Tabuhan selain pantainya yang putih
adalah dunia bawah laut. Ada paket snorkeling untuk wisatawan yang hendak ke
Tabuhan. Harga sewa sekitar 30ribu untuk alat snorkeling. Ada juga harga untuk
pemandu. Saya tidak sempat menanyakan harga total untuk alat dan pemandu, sebab
kali ini saya tidak bisa ikut snorkeling. Pihak pemandu menyayangkan keputusan
saya karena Tabuhan terkenal dengan wisata bawah lautnya yang menawan. Sayang
juga sih, tapi kebetulan saat itu saya memang tidak bisa masuk air dengan
alasan kewanitaan, hehehe.
Penyeberangan ke pulau Tabuhan memakan waktu sekitar 30
menit. Untuk menyeberang sebaiknya menyediakan baju ganti dan pelindung tas.
Sebab, percikan air laut sangat keras dan membuat basah kuyup sekalipun kita
memakai jaket pelindung.
Kapal merapat di pulau Tabuhan ketika matahari sudah condong
ke barat. Waktu yang tepat untuk menikmati pantai dan memotret. Saya pun tidak
menyia-nyiakan kesempatan dengan segera bergegas berkeliling menikmati putihnya
pantai Tabuhan.
Tersedia tiga warung terbuka di bagian depan pantai pulau
Tabuhan. sedangkan, pada satu sisi bagian samping terdapat reruntuhan bangunan.
Tempat ini merupakan salah satu tempat selfi favorit pengunjung. Bagian
belakang terkesan kotor dan jarang dijamah. Namun, terdapat kumpulan pohon unik
yang menarik untuk dijadikan objek foto. Untuk kegiatan snorkeling dilakukan di
daerah depan pantai pulau Tabuhan.
Pulau Tabuhan tampak dari jauh |
Pantainya putiiih..... |
Papan nama di bagian sisi samping pulau |
Kumpulan kayu unik dibagian belakang pulau |
Menunggu penumpang |
Reruntuhan bangunan yang menjadi tempat selfie favorit |
Suasana saat menjelang petang |
Berpose di dekat papan nama |
Perpaduan warna yang cantik, hehe |
Tepat pukul 16.30 WIB, pemandu mengajak saya dan rombongan
kembali ke Rumah Apung. Perjalanan pulang tidak jauh berbeda dengan
keberangkatan alias sama-sama membuat baju dan tas saya basah kuyup. Hahaha.
Sesampainya di Rumah Apung saya dan rombongan bersegera ke kamar mandi. Deretan
kamar mandi sudah disediakan oleh pihak pengelola Rumah Apung bagi pengunjung
yang ingin membersihkan diri. Untuk satu kali mandi, biayanya 3000 rupiah.
Guyuran air tawar membuat badan saya kembali segar dan siap
melakukan perjalanan pulang. Bagaimana kepulangan saya dari Rumah Apung?
Tenang, saya sudah meminta no handphone bapak ojeg dan berjanji untuk
menghubungi jika saya hendak kembali ke stasiun Banyuwangi Baru. Belum sempat
menghubungi, pak ojeg sudah muncul dihadapan saya. Siap membawa saya kembali ke stasiun Banyuwangi Baru. Ongkos ojeg dari Rumah Apung ke Stasiun Banyuwangi Baru sebesar 25 ribu.
Rute pulang dari Banyuwangi-Probolinggo saya tempuh dengan kereta api Mutiara Timur Malam. Berangkat dari Banyuwangi Baru pukul 22.00 dan tiba di Probolinggo pada pukul 14.25 WIB. Harga tiket untuk kelas bisnis 120 ribu, sedangkan kelas eksekutif dipatok dengan harga 160 ribu. Untuk biaya libur yang hemat, saya memilih kelas Bisnis. Hehehe.
Kursi penumpang kereta api dari Banyuwangi Baru hampir penuh. Mayoritas penumpang melakukan perjalanan ke Surabaya. Termasuk mbak yang duduk di sebelah saya. Berarti saya tidak memiliki teman untuk turun di stasiun yang sama. Dugh, padahal mata saya saat itu sudah menjerit-jerit untuk segera menutup. Tapi, kalau saya kebablasan sampai ke Surabaya kan bahaya. Apalagi mbak di sebelah juga terlihat mengantuk dan hendak tidur. Kyaaa... apa yang bisa saya lakukan dengan mata mengantuk?
Kondisi badan yang lelah membuat saya tertidur di kereta. Beruntung saya terbangun ketika kereta berhenti di stasiun Malasan. Beberapa menit menuju stasiun Probolinggo. Tepat pada pukul 14.25 WIB kereta Mutiara Timur Malam memasuki stasiun Probolinggo. Saya pun bersiap-siap mendekati pintu keluar dan meloncat turun ketika kereta api berhenti.
Wooaah! Saya bernafas lega karena sudah kembali dari liburan singkat ke pulau Tabuhan. Cukup satu hari dengan biaya yang lumayan ramah dikantong. Ya, biaya liburan ke pulau Tabuhan yang saya keluarkan minus snorkeling adalah 253rb. Rinciannya, tiket kereta PP 147 ribu, ongkos ojeg PP 50 ribu, dan ongkos perahu 56 ribu. Kalau rombongan minimal 10 orang lebih baik pakai travel untuk menikmati pulau Tabuhan. Jangan ojeg, ntar dikira rombongan geng motor. Hehehe.
Tahun 2020 Taman Surga Tour & Travel menawarkan paket biaya liburan ke pulau Tabuhan sebesar 550 ribu per orang untuk satu rombongan minimal 10 orang. Biaya tersebut termasuk transportasi mobil Toyota Hiace PP dari stasiun ke pelabuhan, tiket, guide, alat snorkeling, dokumentasi under water dan pulau Tabuhan hingga makan siang.
Tahun 2020 Taman Surga Tour & Travel menawarkan paket biaya liburan ke pulau Tabuhan sebesar 550 ribu per orang untuk satu rombongan minimal 10 orang. Biaya tersebut termasuk transportasi mobil Toyota Hiace PP dari stasiun ke pelabuhan, tiket, guide, alat snorkeling, dokumentasi under water dan pulau Tabuhan hingga makan siang.
Bagaimana biaya ke pulau Tabuhan, cukup murah bukan? Yuks, segera merapat karena pulau Tabuhan benar-benar dapat membuat kita berdecak kagum dengan eksotisme pantainya. Ditunggu ya....
comment 0 komentar
more_vert~~falkhi~~