Bagaimana rasanya
rindu? Gundah gulana pastinya. Itulah yang sedang saya rasakan. Hati hampa,
pikiran berkelana, dan badan serasa lemah tanpa tenaga. Rindu saya untuk
menulis benar-benar membuat hidup ini hambar tanpa selera.
Namun, rindu ini tidak menemukan dermaga. Saya tidak
bisa menulis. Ide yang berlompatan terlintas di kepala seperti mendadak hilang
ketika akan menulis. Semangat yang awalnya membabi buta, kini seperti kerbau
yang tak punya tanduk dinkepala. Energi saya melemah begitu senja muncul di
cakrawala. Dan alunan lagu dari ranjang begitu menggugah selera. Membuat saya
lebih memilih untuk merebahkan raga.
Sudah satu bulanan, aktivitas kerja meningkat dengan
tugas-tugas yang sering membuat mata begadang. Tenggat deadline yang lebih
sering mendadak tentunya membutuhkan konsentrasi tinggi. Konsentrasi tinggi
bersinergi dengan energi yang tinggi. Pemaksaaan terhadap kesediaan untuk
berenergi tinggi dalam waktu yang lama kini membuahkan hasil. Hasil yang
membuat saya harus menyimpan kerinduan untuk menulis. Ya, hasil itu adalah
berkurangnya energi dan konsentrasi saya saat malam hari. Waktu yang biasanya
saya gunakan untuk menulis. Sebab, siang hari saya harus bekerja.
Terkadang saya berpikir itu adalah alasan yang saya
buat. Alasan untuk membenarkan saya karena tidak menulis. Alasan yang saya
gunakan untuk menyembunyikan dinding kemalasan yang mengelilingi kepala. Alasan
yang memang hanya alasan.
Hanya saja, ketika memutuskan itu hanya sekedar alasan
dan berupaya untuk menulis. Ternyata, layar laptop saya tetap berisi lembar
putih yang kosong. Tidak ada energi yang bisa menuntun saya untuk menulis.
Walaupun ide sudah saya siapkan dilembar-lembar kertas yang berserakan di dekat
keyboard. Jika begini, saya hanya bisa pasrah dan beralih menuju ranjang.
Tidur.
Kondisi ini terkadang membuat saya malu. Para penulis
handal dan terkemuka biasanya masih bisa menulis diantara gunungan kegiatan
mereka. Sedangkan saya, belum menjadi apa-apa sudah tidak bisa menulis . Malah
mencari pembenaran alasan agar bisa dimaklumi karena tidak menulis. Pfiuh.
Saat ini, saya merasa semakin hampa. Energi sudah
berada dibawah kriteria dan rasa malas hinggap tanpa diduga. Hingga saya merasa
semakin kecewa karena tidak bisa menyelesaikan target yang sudah menjadi
rencana. Kerinduan untuk menulis pun semakin menggila.
Dan inilah hasilnya. Hasil dari kerinduan yang
disimpan berdetik-detik di kepala. Semoga dengan hasil ini saya bisa terbebas
dari rindu yang mendera. Juga dari malas yang melekat di dalam jiwa. Aamiin.
Terima kasih sudah mau membaca. Tulisan ringan tanpa pesan yang harus dicerna.
Sebab, ini hanya sekedar membuang sampah dalam kepala.
comment 0 komentar
more_vert~~falkhi~~