“Impian adalah rumah dalam satu babak kehidupan”
Setiap orang memiliki mimpi yang ingin dicapai. Begitu pun
dengan saya. Salah satu mimpi saya adalah mampu menulis naskah dan mewujudkannya
menjadi sebuah buku. Sekarang mimpi ini tercapai. Naskah “Asyiknya Mengajar
Fisika” sudah menjelma menjadi sebuah buku. Alhamdulillah, horeee! Hehehe.
Sepuluh tahun lalu, saya menuliskan mimpi untuk memiliki
sebuah buku solo kategori non fiksi. Saat itu, saya masih baru belajar menulis.
Jangankan menulis buku, menulis artikel dua halaman saja sudah membuat kepala
berbintang-bintang. Tapi saya terlalu percaya diri saat itu. Tanpa ragu menulis
“menerbitkan buku non fiksi” pada lembar mimpi di agenda pribadi.
Detik, menit, jam, hari, bulan dan tahun berlalu mulai
berlalu. Kemampuan menulis saya masih tetap sama. Hanya bisa bertahan menulis
satu hingga dua halaman artikel. Padahal untuk menghasilkan sebuah buku, naskah
minimal ada di kisaran 150 halaman. Hyaa... jauh amat ya.
Tahun 2014, saya yang saat itu bergabung dengan komunitas
IIDN (Ibu-ibu Doyan Nulis) Semarang memberanikan diri ikut menulis proyek buku
milik IIDN. Judulnya Inspirasi Untaian Nama Bayi. Bisa dibayangkan lah
isinya. Hehehe. Buku itu pun sukses menjadi buku antologi pertama saya.
Tahun 2015, saya kembali ikut dalam sebuah proyek buku
antologi. Kali ini antologi puisi. Jika ditilik dari jumlah karya yang saya
tulis dalam kedua antologi tersebut, terbukti belum ada peningkatan. Kemampuan
saya masih setia pada angka satu hingga dua halaman. Belum bisa lebih, apalagi
sampai ratusan. Membuat mimpi saya semakin jauh dari kenyataan. Hiks.
Masih dalam tahun yang sama, saya mendapat info tentang
Sekolah Perempuan (SP). Kelas menulis online yang dikhususkan bagi perempuan.
Kelas menulis ini diselenggarakan oleh
IIDN. Saat itu SP akan membuka kelas untuk gelombang 9. Hm, ikut gak ya?
Setelah melalui pertimbangan waktu, tenaga, biaya, dan mimpi
yang ingin diwujudkan, saya pun memutuskan untuk menjadi peserta pada SP-9.
Pelatihan dilaksanakan selama 3 bulan secara online. Baik dalam bentuk paparan,
diskusi, hingga bimbingan agar bisa menyelesaikan sebuah naskah.
Saya yang biasanya hanya mampu menulis maksimal 3 halaman,
kini dituntut untuk bisa menulis 150 halaman. Duh, kenangannya tidak bisa
dilupakan. Bergantian antara bingung, khawatir hingga tidak bisa tidur karena
memikirkan naskah yang belum selesai ketika pelatihan sudah mendekati finish.
Beruntung, mentor saya masih bersedia membimbing hingga naskah selesai walaupun
di luar waktu pelatihan. Alhamdulillah.
Setelah banting tulang dalam menulis naskah, akhirnya si
naskah bisa selesai juga di bulan kelima alias molor dua bulan. Lebih baik
terlambat daripada tidak sama sekali, hehehe. Naskah tersebut kemudian
ditawarkan ke penerbit melalui agency naskah dari pihak SP. Tiga bulan berlalu,
ternyata belum ada kepastian terbit. Saya pun menarik naskah tersebut dan
meminta ijin untuk ditawarkan ke penerbit lain.
Saya kemudian mengirimkan pada penerbit X dan mendapat
balasan bahwa naskah Asyiknya Mengajar Fisika akan dievaluasi. Sebulan setelahnya
saya mendapat kabar lanjutan yang mengatakan naskah saya belum lolos seleksi. Saya
berusaha untuk tidak patah semangat dengan tetap mencoba menawarkan naskah pada
penerbit lain. Sebut saja penerbit Y. Balasan dari penerbit Y cukup lama dan
hasilnya ternyata sama. Naskah saya belum lolos untuk diterbitkan di tempat
mereka.
Saya pun mencari penerbit lain yang sesuai dengan genre
naskah. Lalu, kembali mengirimkan naskah. Balasan dari penerbit ketiga ini
membuat saya senang. Mereka menerima naskah saya. Sayang, penerimaan naskah melalui
sistem subsidi alias harus membayar sekian persen dari biaya penerbitan.
Setelah mengetahui biaya minimal yang harus dikeluarkan, saya akhirnya
membatalkan proses terbit. Tabungan belum cukup, hehehe.
Kabar dari penerbit ketiga tersebut membuat saya tidak
percaya diri untuk mengajukan naskah kembali. Saya berusaha untuk melupakan
naskah tersebut. Sekitar tahun 2017, saya melihat banyak iklan penerbitan indie
di timeline media sosial. Awalnya saya cuek-cuek saja. Tetapi karena iklan
tersebut tidak putus asa untuk selalu tampil, akhirnya hati saya tergerak untuk
melihat informasi tentang penerbit indie. Saya pun berkunjung ke salah satu pemilik
iklan dan mulai mencari informasi.
Informasi yang saya dapat ternyata sangat mengganggu pikiran.
Kenapa? Karena membuat saya tertarik untuk menerbitkan naskah yang terlupakan.
Hehehe. Naskah yang saya tulis dengan penuh penghayatan dan pengorbanan. Sayang
kan jika tidak diterbitkan. Oleh sebab itu, akhirnya saya memutuskan untuk
mencetak naskah tersebut. Tetapi, penolakan-penolakan sebelumnya membuat saya
tidak percaya diri dan memutuskan untuk cetak buku secara terbatas. Hanya 15
buku. Itu pun saya rencanakan untuk dibagikan, bukan untuk dijual.
Setelah proses seleksi, editing, dan pecetakan selama
4 bulan, akhirnya sebuah paket tebal sampai di rumah. Paket yang berisi 15
naskah Asyiknya Mengajar Fisika ini membuat saya senang bukan kepalang. Senang
karena akhirnya naskah Asyiknya Mengajar Fisika menjelma menjadi sebuah buku.
Senang karena mimpi saya untuk memiliki sebuah buku bisa terwujud walaupun
harus melalui rentang waktu 10 tahun dan masih memiliki banyak kekurangan dalam
naskahnya.
Sampul belakang buku |
Begitu paket tiba, saya tak sabar membuka sampul plastik
pembungkus buku. Melongo dan memandang tak percaya pada sampul yang menuliskan
nama saya. *sok dramatis ya, hahaha. Namanya juga buku pertama dan kemampuan
menulis saya masih seujung kuku dibandingkan teman-teman yang sudah memiliki
tumpukan buku sebagai hasil karya. Jadi, maklumlah kalau saya sedikit alay.
Hihihi.
Buku yang terbatas ini kemudian saya seleksi untuk
dibagikan. Sebelumnya saya unggah di media sosial, sebagai bagian ucapan terima
kasih kepada pihak SP yang telah
membantu saya dalam mewujudkan mimpi memiliki sebuah buku solo non fiksi. Tidak
disangka, postingan tersebut membuat beberapa teman bertanya dan membeli. Saya
mengiyakan dan segera megirimkan keesokan harinya.
Ternyata, dampak posting itu belum berhenti. Chat di grup
kuliah ramai karena teman-teman menginginkan buku Asyiknya Mengajar Fisika. Teman-teman
meminta segera dikirimkan buku tersebut. Perasaan senang dan bingung pun menjadi
satu. Sebab, tidak memungkinkan mengirim pada semua teman karena jumlah buku
yang terbatas. Akhirnya saya memutuskan
mencetak buku untuk kedua kalinya. Sebab lebih banyak jumlah pemesan buku
dibandingkan dengan jumlah buku yang tersedia. Saya bahkan tidak memiliki arsip
untuk dipamerkan karena memilih mengirimkan semua buku yang tersedia. Duh, nasib
deh, hehehe.
Buku siap kirim |
Buku yang dicetak awal memang habis dan masih ada beberapa nama pemesan yang belum memiliki. Tetapi saya meyakini masih banyak kekurangan dalam buku Asyiknya
Mengajar Fisika. Masih banyak bagian yang harus disempurnakan. Temasuk kemampuan menulis. Untuk itu, saya berharap buku Asyiknya Mengajar Fisika bukan karya terakhir. Saya masih ingin
belajar menulis dan melanjutkan mimpi untuk kembali menulis naskah serta
mencetaknya menjadi sebuah buku. Doakan ya dan semoga yang mendoakan juga bisa
meraih mimpinya. Aamiin.
comment 0 komentar
more_vert~~falkhi~~