Tahu BAPER kan? Itu lho singkatan dari kalimat
"Bawa-Perasaan". Kondisi saat terlalu berlebihan melibatkan perasaan
dalam menanggapi suatu keadaan. Akibatnya kita lebih mudah sedih, mudah
menangis, mudah marah, dan lain sebagainya. Padahal keadaan yang dihadapi
termasuk sepele. Misal melihat adegan menangis di televisi, membaca adegan
perpisahan di novel, atau mungkin melihat kucing yang sedang duduk sendirian.
Sederhana kan? Tapi bisa bikin kita mewek dan menangis berhari-hari. Duh, yang
lagi baper. Hehehe.
Sumber : pluspng.com |
Tetapi memang ada dalam suatu saat tiba-tiba merasa sangat
baper. Seperti saat melihat kucing kecil yang mengeong kelaparan di pinggir
jalan, tanpa sadar saya bisa sesegukan menangis di sepanjang perjalanan.
Hiyaaa... padahal sebenarnya simpel banget solusinya. Tinggal belikan makanan
buat si kucing atau bawa saja kucingnya ke rumah. Aman dan lebih realistis
dibandingkan nangis tetapi tidak menolong. Sayangnya pemikiran kedua itu datang
kalau logika yang menjadi supir di badan dan itu jarang-jarang terjadi. Hehehe.
Mengapa sih perempuan lebih sering baper?
Kata womantalk, struktur otak perempuan memiliki pusat verbal di
sisi otak kanan dan sisi otak kiri. Akibatnya perempuan cenderung menggambarkan
segala sesuatu termasuk perasaannya. Tidak heran jika perempuan dikenal dengan
sosok yang seringkali menggunakan perasaan dalam melihat suatu kondisi. Sedikit-sedikit
perasaan, baper deh. Hehehe.
Hal ini berbeda dengan struktur otak laki-laki yang hanya
memiliki pusat verbal di sisi otak kiri. Struktur ini memungkinkan laki-laki
lebih sedikit menggunakan kata-kata dan membuat hubungan kata-kata dengan
ingatan serta perasaan. Karena si perasaan sedang alpa, maka logika yang
menjadi supir di badan. Oleh sebab itu, dalam menghadapi suatu keadaan
laki-laki biasanya menggunakan logikanya sehingga tidak mudah baper.
Tidak hanya otak, perempuan juga memiliki siklus bulanan
yang berdampak pada kestabilan emosi. Namanya PMS dan masa menstruasi.
Masa-masa PMS atau menstruasi bisa membuat seorang perempuan keluar dari jalur
kestabilan emosi. Perempuan bisa menjadi pemurung, menutup diri, mudah sedih,
mudah menangis, dan segala emosi yang berubah-ubah dalam waktu sepersekian
detik. Intinya, jangan mengenal perempuan dalam periode PMS atau menstruasi
sebab apa yang dilihat bisa berbeda dengan karakter sehari-hari.
Itu tadi hasil riset saya tentang alasan mengapa perempuan
lebih sering baper. Eits, tetapi tidak semua perempuan itu suka baper lho. Ada
para perempuan yang memiliki kekuatan dalam mengelola emosi sehingga tidak
mudah baper. Bagi saya, perempuan-perempuan itu adalah perempuan perkasa, sebab
mengatur emosi itu jauh lebih sulit dibandingkan mengatur lalu lintas. Hehehe.
comment 0 komentar
more_vert~~falkhi~~