Sehari menjelang hari sumpah pemuda, para seniman yang
tergabung dalam kegiatan Bromo Health & Art Camp 2018 menggelar kelas seni
di SMA Negeri 1 Sukapura. Kelas seni yang diperuntukkan bagi siswa dan
masyarakat sekitar Probolinggo ini meliputi kelas menggambar sketsa sederhana, melukis
dengan cat air, melukis caping, membuat lampion karakter, print maker, membuat
batik dengan lilin dingin, melukis jilbab, dan ecoprint. Berbekal informasi
yang didapat dari google, saya memilih mengikuti kelas ecoprint. Hasilnya? Menyenangkan
sebab dengan ecoprint, membuat sapu tangan yang indah jadi mudah. Penasaran gak
nih? Hehehe.
Awalnya saya mengira ecoprint adalah salah satu bagian dari teknik
membatik. Ternyata salah, ecoprint bukan bagian dari teknik membatik. Sebab
tidak mencanting atau menggunakan lilin dalam menghias kain, yang merupakan
inti dari kegiatan membatik. Ecoprint berdiri sendiri sebagai salah satu seni
dalam menghias atau memberi pola pada kain/bahan dengan menggunakan bahan-bahan
alami. Bahan alami yang biasa digunakan adalah daun atau bunga yang mudah
mengeluarkan pewarna. Seperti daun jati, daun kelor, dan daun indigo.
Daun-daun bahan ecoprint |
Kata bu Melan (narasumber) ada dua teknik dalam ecoprint
yaitu steam dan getok/ketuk. Perbedaan keduanya adalah steam menggunakan cara
merebus atau mengukus dalam membuat pola daun pada kain, sedangkan getok/ketuk
dilakukan dengan cara menggetok atau mengetuk-ngetuk daun dalam membuat pola. Teknik
steam cocok untuk membuat ecoprint sebagai bahan dasar pakaian sebab warnanya
lebih awet, sedangkan teknik getok bisa digunakan dalam membuat bahan untuk
dekorasi atau hiasan rumah.
Nah, saat kelas berlangsung peserta hanya berlatih ecoprint
dengan teknik getok karena keterbatasan waktu. Oh ya, kata bu Melan teknik
getok ecoprint bisa menjadi therapy atau latihan motorik bagi anak yang
hiperaktif atau autis.
Langkah pertama : menyiapkan bahan dan alat.
Bahan yang perlu disiapkan untuk belajar ecoprint dengan
teknik getok adalah kain (sebaiknya menggunakan kain serat alami atau katun),
daun pewarna yang masih segar dan tidak basah (daun tidak perlu dibasuh), tawas
atau tunjung, dan air.
Tawas dan tunjung |
Untuk alat yang digunakan adalah palu/uleg kayu, plastik/koran
sebagai alas, dan ember.
Langkah kedua : persiapan menggetok kain
- Letakkan plastik atau koran di atas lantai.
- Letakkan kain di atas alas. Jika memiliki dua kain, salah satunya bisa dijadikan penutup. Namun jika hanya memiliki satu kain, maka kain di bagi dua sehingga nanti pola yang dihasilkan akan berbentuk seperti cermin.
- Aturlah daun di atas kain sesuai dengan selera. Ingat serat atau tulang daun harus menghadap kain yang dibawahnya.
- Lipat atau tutup daun menggunakan kain dengan rapi.
Menata daun di atas kain |
Langkah ketiga : menggetok kain
Menggetok daun agar kandungan airnya keluar |
- Ketuk pelan-pelan daun yang ada di dalam kain hingga air dalam daun membentuk pola pada kain. Agar menghasilkan pola sempurna, ketuk secara rata dan teratur dimulai dari ujung daun.
- Setelah pola daun sudah terbentuk di kain, buka lipatan kain. Anginkan sebentar lalu lepas daun yang ada di kain.
- Ketika seluruh daun telah terlepas, angin-anginkan kembali kain hingga kering.
Melepas daun di kain setelah proses getok |
Untuk hasil maksimal disarankan mendiamkan kain dalam waktu 1-3 hari agar warna daun menyerap pada kain.
Langkah keempat : finishing
Tahap finishing berkaitan dengan tahap mengikat warna pada
kain. Tujuannya agar warna daun yang ada di kain tidak cepat luntur atau pudar
ketika dicuci. Mengikat warna daun pada kain dilakukan dengan cara membilas
kain ke dalam cairan air tawas atau air tunjung. Perbedaannya keduanya adalah air
tawas akan membuat warna pada kain semakin cerah, sedangkan air tunjung akan
menghasilkan warna yang lebih gelap pada kain.
Membilas kain dengan air tawas atau air tunjung |
Ketika selesai membilas jangan memeras kain dengan cara memelintir.
Cukup ditekan-tekan secara perlahan atau tidak perlu diperas. Lalu anginkan kain tanpa terkena matahari secara langsung. Setelah kering, sapu tangan siap dijahit dan dijual ke
pasaran.
Untuk hasil maksimal, kain bisa direndam lagi setelah kering dengan air tawas atau air tunjung lalu keringkan kembali.
Ayo menjemur |
Mudah bukan cara membuatnya? Yuk, mulai belajar ecoprint agar
dapat membuat sapu tangan yang indah untuk bekal hadiah, hehehe. Jika prosedur
di atas belum jelas, langsung saja tonton videonya di sini.
comment 0 komentar
more_vert~~falkhi~~