Untuk suatu hal tertentu, terkadang kita mengatakan jarak
sebagai alasan. Contoh, tidak dapat hadir di suatu acara, alasannya karena
jarak yang jauh. Tidak dapat bertatap muka, alasannya jarak yang menghalangi. Bahkan
mungkin tidak memberi kabar kepada keluarga dengan alasan kita dan keluarga sedang
terpisah oleh jarak. Duh, jarak menjadi alasan padahal jarak itu relatif.
Misal bagi saya jarak 50 km itu dekat. Saya anggap dekat
karena setiap hari harus melakukan perjalanan sekitar 150 km. Wajar kan kalau
jarak sepertiga dari perjalanan saya itu saya anggap dekat? Tetapi bagi orang
yang setiap harinya melakukan perjalanan sekitar 10 km maka jarak 50 km itu
sangat jauh. Relatif kan?
Saya jadi ingat konsep relativitas dalam fisika. Jarak yang
masuk keluarga besaran panjang dinyatakan memiliki fenomena dengan nama
kontraksi panjang. Kontraksi panjang adalah fenomena penyusutan ukuran benda karena
pengamat yang mengukur benda tersebut sedang bergerak dengan kecepatan
mendekati kecepatan cahaya. Sebagai info, cahaya bergerak dengan kecepatan
mendekati 300 juta km per detik. Jangan dibayangkan bagaimana kecepatannya,
nanti bisa pusing, hehehe.
Mengapa panjang benda bisa berubah? sebab sang pengamat sedang
bergerak dengan arah yang sejajar. Pergerakan ini membuat panjang bisa
berkontraksi. Berubah lebih pendek dari ukuran dari yang asli.
Sama halnya dengan konsep kontraksi panjang, begitulah
adanya jarak bagi saya. Kita mengatakan dekat karena kita sedang bergerak
sejajar dengan tujuan kita. Sedangkan bagi yang mengatakan jarak itu jauh,
mungkin karena kita sedang diam atau pergerakan kita berlawanan arah dengan
tujuan yang dimaksud.
Sebab saat ini pun, jarak ribuan kilo bisa ditempuh hanya
dalam waktu beberapa detik. Kok bisa? Lewat perkembangan teknologi, kita bahkan
bisa melakukan video call dengan teman yang berada di bumi belahan lain. See?
Jarak tidak sejauh yang ada dipikiranmu.
Perkembangan teknologi juga mengingatkan saya bahwa konsep
fisika klasik tentang listrik tidak lagi bisa diterapkan. Hukum Coulomb
menyatakan semakin lebar jarak maka gaya interaksi akan semakin besar, begitu
pun sebaliknya. Namun hari ini kita bisa melihat bahwa jarak bukanlah alasan
adanya interaksi. Toh, orang yang sedang duduk berdua alias secara klasik bisa
dikatakan gaya interaksinya sangat besar, bisa saja tidak ada interaksi. Tidak saling
menyapa selama berjam-jam karena keduanya sibuk main hp. Dia yang jauh semakin
dekat dan aku yang dekat semakin jauh. Ups, hehehe.
Dengan demikian, fisika klasik untuk dimensi abad ini hampir
tak berarti sebab konsep fisika modern yang memegang kendali. Seperti halnya
jarak yang kini sudah bersifat relatif berbeda dengan sebelumnya yang bersifat
statis. Jarak bisa dianggap dekat dan bisa juga jauh, tergantung dari
pergerakan tubuh dan pikiran kita dari tujuan yang dimaksud. Jika pergerakannya
sejajar, jarak bisa dekat namun jika pergerakannya berlawanan arah maka kata jauh
yang menjadi alasan
Berdasarkan uneg-uneg jarak, maka saya menyarankan agar tak
lagi menjadikan jarak sebagai sebuah alasan dalam suatu permasalahan. Apalagi alasan
untuk pembenaran. Jadikan jarak sebagai kambing putih bukan kambing hitam, hehehe.
Salam hangat dari jarak yang tak menjadi alasan.
Jika A dan B terpisah 150 km, berapa peluang C menikung pacar si A?
ReplyDeleteTidak ada peluang bang, karena A dan B pasangan setia, hahaha.
DeleteLha padahal mereka sama2 cwo
DeleteWadouw... Hahaha.
Deletehehehehhehehheee lucu2 baca comentya hahahahhaaa....bener kak jarak mau segimanapun ga harus jadi alasan yaaaa.. untuk ga setia
ReplyDeleteBetul mbak Vika, jangan jadi alasan utama kalau untuk yang kedua atau ketiga, boleh hehe
DeleteWow, mind blowing, baru kali ini saya baca teori relativitas khusus dikemas dalam tulisan yang menarik. Setuju banget sih kalau jarak itu relatif, kalau 'sejajar' sama tujuan kita, jauh-jauh pun dibelain.
ReplyDeletePS: Kecepatan cahaya itu 300 rb km/s bukan?
ooooo, begitu ya mas
DeleteBetul, akan diperjuangkan sepenuh hati.
DeleteEh iya, 300 ribu km/s atau 300 juta m/s. Terima kasih koreksinya... Yang nulis lagi ngantuk, salah ketik satuan... Hehehe
Top ranking:: betul betul betul .. hehe
Deletesaya setuju mbak, namun gimana tu ya kesetiaan sepesang kekasih yang sering hancur karena jarak, apa yang salah ya, salam kenal
ReplyDeleteGak salah, maksudnya bukan hal yang utama karena kalau sudah sepakat berjauhan artinya sudah tidak ada alasan karena jarak. Sebab kalau jarak yang utama, tidak mungkin bersepakat bersama untuk saling berjauhan.. cmiiw hehe
Deletesaya setuju dengan mbak qudsi bahwa jarak bukan ukuran dan menjadi alasan, akan tetapi dalam sisi sosial, terkadang jarak itu bisa jadi penentu hubungan keduanya :D
ReplyDeleteBetul, jarak bukanlah hal yang utama. Tetapi jika dibiarkan bisa memicu terjadinya perpisahan, hehe
Deletesebuah teori relatifitas yang di kemas berbeda...jadi seneng nih belajar model gini
ReplyDeleteTerima kasih, lagi iseng menulis ini hahaha
DeleteSepakatttt!!! Jgn jdikan jarak sbg alasan untuk pembenaran.. Hhh
ReplyDeleteKarena memang jarak itu relatif
Betul mbak Ella... Jadikan jarak sebagai teman hidup saja, hahaha
DeleteTok tok.. bu guru sibuk UAS yah
ReplyDeleteSibuk macam-macam bang, hehehe.
DeleteKereenn penjelasannya bu guru, ternyta ilmu fisika berguna juga yah d kehiduapan sehari2 hihi...
ReplyDeleteHahaha.. itu, iseng-iseng berhadiah. Kalau ilmu fisika memang banyak penerapannya dalam kehidupan sehari-hari...
Delete