Perbanyaklah mensyukuri nikmat hingga lupa caranya sambat. Begitu yang saya baca di buku Panggil Aku Bu Guru karangan Nur Chabibah Umaroh. Kalimat itu rasanya sangat menyentil. Sebab sambat alias mengeluh itu memang nikmat. Apalagi jika ditemani dengan secangkir gosip dan cemilan perbandingan. Uaah… rasanya lega dan puas. Betul tidak? Hehehe…
Padahal dibalik
sambat yang kita lakukan, masih ada banyak hal yang perlu kita syukuri. Contoh,
saat kita mengendarai kendaraan di tengah teriknya matahari tiba-tiba muncul penjual
es yang menyorongkan dagangannya ke arah kita. Walaupun saat itu kita tidak
bisa membeli setidaknya melihat sesuatu yang segar bisa membuat hati yang panas
kembali dingin dan bersyukur, hehehe…
Bersyukur
karena kita bisa melihat kesegaran es, bersyukur karena kita masih bisa
merasakan teriknya panas, bersyukur karena masih ada yang menyapa walaupun
sekedar menawarkan dagangan, dan masih banyak nikmat-nikmat kecil lain yang kadangkala
terlupakan untuk disyukuri. Tenang, anda tidak sendiri, saya pun masih sering
lupa, hihihi.
Dalam
islam, Allah memiliki 99 nama dalam asmaul husna. Nama-nama tersebut merupakan
nama kebesaran Allah beserta sifat-sifatnya. Tidak mungkin semuanya diterapkan
bersama-sama kepada kita dalam satu masa dan satu waktu. Maka sudah sewajarnya
kehidupan kita selang-seling mengikuti apa yang Allah berikan.
Hari ini, mungkin
Allah menunjukkan maha pemurahnya. Besok bisa jadi menunjukkan maha kuasanya. Dan
lusa kita tiba-tiba melihat keadilanNya yang mutlak. Semuanya mungkin, sebab
hidup tidak hanya berisi duka melainkan juga dihiasi tawa dan bahagia pada tempatnya.
Jadi, mari
kita bersambat sambil bersyukur agar nikmat hidup yang diterima semakin membuat
kita sadar sebagai manusia. Manusia yang sering lupa terhadap nikmat dan
kebahagiaan yang sudah purna. Semoga suatu hari kita bisa menjadi
manusia-manusia yang mampu menikmati hidup tanpa sambat. Aaamiin.
Halo cikgu, apa kabar nih.
ReplyDeleteKlo hari yang panas terus liat tapi gak beli bukannya makin sambat ya hehe